spot_img
Senin, April 29, 2024
spot_img

Hati-hati, Mantan PM Rusia Mengungkapkan Target Perang setelah Ukraina!

KNews.id- Seorang mantan pejabat Rusia mulai membuka indikasi perluasan serangannya di Eropa. Mantan Perdana Menteri (PM) Mikhail Kasyanov, menyebut target selanjutnya setelah Kyiv kemungkinan besar negara-negara Baltik.

Dalam keterangannya, Kasyanov menyebut kemungkinan ini terbuka bila Rusia benar-benar gagal dalam operasinya di Ukraina. Diketahui, negara-negara Baltik seperti Lithuania, Estonia, dan Latvia juga merupakan bekas wilayah Uni Soviet seperti Ukraina.

- Advertisement -

“Jika Ukraina jatuh, negara-negara Baltik akan menjadi yang berikutnya,” katanya seperti dikutip AFP, Senin (13/6).

Sebelumnya, negara-negara Baltik yang semuanya merupakan anggota NATO telah menyatakan kekhawatiran ini. Pasalnya mereka khawatir akan menjadi target selanjutnya dari negara pimpinan Presiden Vladimir Putin itu.

- Advertisement -

NATO merespon dengan mengembangkan brigade untuk operasi taktis. Selain itu, dalam laporan terbaru, NATO telah menerbangkan belasan pesawatnya untuk berpatroli di negara itu.

Meski begitu, salah satu negara dekat wilayahBaltik yang juga sekutu Rusia, Belarus, telah menyatakan tuduhannya bahwa ketakutan negara-negara itu didalangi oleh Amerika Serikat (AS). Presiden Belarus Alexander Lukashenko menegaskan bahwa permintaan itu merupakan bentuk berlanjutnya perang dingin, termasuk menuduh bahwa Barat sedang ingin menghancurkan Rusia dan sekutunya.

- Advertisement -

“Beberapa dari Anda mengatakan Perang Dingin telah berakhir dan kita akan hidup di era beradab baru berdasarkan saling pengertian dan supremasi hukum internasional. Kami pikir begitu,” ujarnya pada April lalu

“Tetapi Barat tidak.mereka tidak menghancurkan kami saat itu, jadi mereka memutuskan untuk memulai sekarang,” tambahnya.

Serangan Rusia ke Ukraina berlangsung sejak 24 Februari. Perang telah membuat krisis pengungsi terbesar di Eropa, pasca Perang Dunia ke 2.

Akibat serangan Rusia, barat memberikan sanksi baik ke individu, oligarki, maupun ke ekonomi. Namun hingga 100 hari lebih, belum ada tanda-tanda perang berakhir.

Perang sendiri menyebabkan krisis baru bagi dunia. Bank Dunia (World Bank) meramal, ekonomi global diperkirakan hanya akan tumbuh 2,9%, sekitar 1,2 poin persentase di bawah perkiraan Januari lalu. (AHM/cnbc)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini