spot_img
Rabu, Juni 26, 2024
spot_img

Geger Arab Saudi “Berulah” Lagi, Produksi Minyak Dipangkas

KNews.id –  Arab Saudi kembali mengurangi produksi minyak mentah. Negeri Raja Salman akan mengurangi lagi produksi hingga 1 juta barel per hari hingga akhir tahun. Pengurangan akan membuat produksi minyak mentah Saudi mendekati 9 juta barel per hari selama bulan Oktober, November dan Desember. Peninjauan akan dilakukan setiap bulan.

Perlu diketahui, Riyadh pertama kali menerapkan pengurangan 1 juta barel per hari pada bulan Juli dan memperpanjangnya setiap bulan. Pemotongan menambah 1,66 juta barel per hari penurunan produksi minyak mentah sukarela lainnya, yang telah dilakukan beberapa anggota OPEC hingga akhir tahun 2024.

- Advertisement -

Sementara itu, produsen besar minyak dunia non OPEC namun tergabung dalam aliansi OPEC+, Rusia, juga akan mengurangi ekspor sebesar 500.000 barel per hari di Agustus dan 300.000 barel per hari di September. Hal ini dikatakan Wakil Perdana Menteri (PM) Rusia Alexander Novak.

Ia mengatakan bahwa mereka akan memperpanjang pengurangan ekspor sebesar 300.000 barel per hari hingga akhir Desember 2023. Kremlin juga akan meninjau tindakan tersebut setiap bulan.

- Advertisement -

Moskow mengatakan pemotongan adalah tindakan sukarela karena berada di luar kebijakan resmi OPEC+, yang mewajibkan setiap anggotanya untuk mendapat bagian kuota produksi. Sebelumnya, Sekretaris Jenderal OPEC Haitham al-Ghais menegaskan pengurangan produksi secara sukarela di luar keputusan OPEC+ tidak mengindikasikan perpecahan pandangan kebijakan di antara anggota aliansi.

Akibat langkah Arab Saudi, kontrak berjangka ICE Brent dengan pengiriman November sempat naik US$1,07 per barel menjadi US$90,07 per barel. Minyak AS, WTI berjangka, nik lebih tinggi sebesar US$1,40 per barel menjadi US$86,95 per barel.

- Advertisement -

Sebelumnya, Arab Saudi menghadapi kesulitan dalam melakukan penyesuaian antara penerapan pengurangan produksi minyak dan pukulan terhadap perekonomiannya yang bergantung pada minyak mentah. Namun kerugian akibat pemangkasan produksi dan volume pemasaran sebagian dapat diimbangi dengan kenaikan harga jual di Riyadh dan harga minyak global yang berada di bawahnya.

Arab Saudi bergantung pada pendapatan minyak untuk mendukung beberapa proyek raksasa yang dirancang untuk mendiversifikasi perekonomiannya. Pengurangan produksi minyak mentah dan jatuhnya harga minyak pada awal tahun ini menyebabkan perlambatan PDB Riyadh, yang meningkat sebesar 1,1% secara tahunan pada kuartal kedua, turun dari 3,8% pada kuartal sebelumnya dan 11,2% pada periode yang sama tahun 2022.

Secara umum, setelah berada di bawah US$75 per barel selama paruh pertama tahun ini, harga berjangka global melonjak lebih dari US$10 per barel selama musim panas. Ini didorong risiko keamanan di negara anggota OPEC, masalah di negara penghasil minyak Gabon, dan ancaman gangguan pada sistem perdagangan Teluk Meksiko setelah Badai Idalia.

Badan Energi Internasional yang berbasis di Paris memperkirakan peningkatan pengetatan pasokan pada paruh kedua tahun 2023. Ini seiring pulihnya permintaan di China, importir minyak mentah terbesar di dunia. (Zs/CNBC)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini