“China tahu kalau kaki-tangannya punya posisi kuat sehingga bisa menjadikan Indonesia ATM pribadinya,” ujarnya dikutip dari Twitter @giginpraginanto, Senin (12/12).
Sementara itu, Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Dwiyana Slamet Riyadi mengungkapkan, berdasarkan hitungan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), nilai investasi proyek itu membengkak sebesar USD1.499 atau setara Rp21,7 triliun (kurs USD1 = Rp15.500).
Akibat pembengkakakan proyek Kereta Cepat, China Development Bank (CDB) sempat meminta pemerintah Indonesia turut menanggungnya melalui APBN.
Total dana APBN yang telah dikeluarkan hingga saat ini untuk menambah biaya Kereta Cepat yaitu sekitar Rp7,3 triliun, padahal janji awal Presiden Joko Widodo (Jokowi) proyek ini tidak akan menggunakan APBN.