spot_img
Sabtu, Mei 4, 2024
spot_img

AS: RRC Siap Melancarkan Konfrontasi Bersenjata Menghadapi Indonesia

KNews.id- Amerika Serikat alias AS memang sedang melakukan upayanya untuk melawan China. Klaim Nine Dash Line China misalnya menjadi alasan AS harus membendung negeri Tirai Bambu di Indo Pasifik.

Bermodal slogan Free And Open Indo Pacific, AS mengajak negara Pasifik, termasuk Indonesia menolak klaim Nine Dash Line China. Sejauh ini apa yang diusahakan AS nampak berhasil.

- Advertisement -

Negara-negara macam Filipina, Vietnam hingga Jepang menentang keras China. Kemudian untuk memperkuat posisinya, AS membentuk koalisi AUKUS bersama Australia dan Inggris. Tujuan AUKUS sederhana saja, hentikan China di Indo Pasifik secepat mungkin.

Pembentukan AUKUS ini mengingatkan publik akan The American-British-Dutch-Australian (ABDA) Command tahun 1942. Saat itu ABDA dibentuk untuk mempertahankan Hindia Belanda dari serangan tentara Kekaisaran Jepang.

- Advertisement -

Tapi ABDA kalah melawan Jepang dimana pertempuran Laut Jawa menjadi titik balik Jepang menguasai Hindia Belanda. Nah, AUKUS hampir seperti ABDA, cuma cakupan operasinya diperairan Indo Pasifik. Yang dipertahankan di sini bukan wilayah, namun hegemoni AS beserta Sekutunya.

Bedanya AUKUS lebih solid ketimbang ABDA lantaran saat ini hampir 70 persen kekuatan US Navy berpusat di Indo Pasifik. Sementara itu di pihak China, Beijing boleh dibilang sendirian menghadapi AUKUS.

- Advertisement -

Sedangkan Indonesia saat ini posisinya dipertigaan jalan. Mau condong ke AUKUS atau China dan bisa saja Non Blok. Pernah KASAL Australia (Australia Chief of Navy) Vice Admiral Michael Noonan berkunjung ke Indonesia pada 11 Januari lalu.

Noonan berkunjung ke Bakamla RI untuk menegaskan pembuatan kapal selam nuklir negaranya bukan ancaman bagi Indonesia dan keseimbangan kawasan.

“Kami berkomitmen untuk terus mendorong kawasan yang damai dan aman dengan ASEAN sebagai pusatnya.

Walaupun kapal selam ini akan bertenaga nuklir, kapal selam ini tidak akan membawa senjata nuklir,” kata Vice Admiral Michael Noonan, dikutip dari bakamla.go.id.

Namun China melihat kapal selam nuklir AUKUS sebagai ancaman. Tapi jeleknya China bawa-bawa nama Indonesia dimana Rafale dibeli Jakarta untuk melawan AUKUS.

“Ketika Inggris dan Amerika Serikat serta negara-negara lain memutuskan untuk membantu Australia membangun kapal selam nuklir tahun lalu, Kementerian Luar Negeri RI pernah mengatakan bahwa perilaku Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan negara-negara lain menyebabkan perlombaan senjata regional berlanjut, yang sangat mengkhawatirkan,” papar media asal China 163.com, Kamis 17 Februari.

Bagi China, Indonesia tak mungkin mendukung AUKUS untuk melawan dirinya. Paling tidak Indonesia akan netral dalam situasi China Vs AUKUS.

“Banyak pengamat menilai pembelian jet tempur Prancis yang agresif kali ini mungkin ditujukan ke Australia.

Dari hal-hal tersebut di atas, tidak sulit untuk melihat bahwa pembelian pesawat tempur Rafale Prancis oleh Indonesia kemungkinan besar merupakan tanggapan atas bergabungnya Australia dengan kelopok Anglo-Amerika, karena Indonesia secara pribadi telah merasakan potensi ancaman pembangunan kapal selam nukli atas dasar menjaga persahabatan relatif dengan China,” bebernya. Australia melalui Lowy Institute menolak anggapan dari 163.com.

Direktur penelitian Lowy Institute Australia, Herve Lemahieu menjelaskan bila keseiimbangan Asia akan terganggu dengan kehadiran militer China.

“Lebih bergantung pada kapasitas dan kemauan Amerika untuk mempertahankan keseimbangan kekuatan militer di Asia dibandingkan (membendung) kebangkitan China”, katanya dikutip dari Lowy Institute, 20 Desember 2021 lalu.

Australia saat ini malah lebih erat menjalin hubungan dengan Indonesia. Apalagi Canberra berinvestasi besar ke Indonesia. Maka akan sangat bodoh bila mengambil sikap bermusuhan kepada Indonesia. Bahkan Herve berharap agar Indonesia jangan sampai berbenturan dengan China karena militernya belum mampu menyaingi sang Naga.

“Kami berinvestasi lebih banyak di Selandia Baru daripada banyak negara Asia Tenggara lainnya, termasuk Indonesia.

Namun demikian, dicatat, Indonesia, seperti semua tetangganya di Asia Tenggara, tidak memiliki kekuatan militer yang diperlukan untuk menghadapi China,” paparnya. Menurutnya, Indonesia juga harus melebarkan sayap dengan bekerja sama dengan Jepang.

Jepang yang merupakan musuh alami China tentunya lebih siap menghadapi Beijing ketimbang Indonesia.

“Jepang adalah ‘kekuatan pintar’ yang memiliki pengaruh diplomatik, ekonomi dan budaya yang signifikan dengan sumber daya yang terbatas,” jelasnya.

Analisis Lowy Institute sendiri diperkuat oleh pendapat dari RAND Corporation AS, sebuah wadah pemikir yang didirikan oleh Douglas Aircraft Company untuk membantu Angkatan Bersenjata Amerika Serikat di bidang penelitian dan analisis.

RAND Corporation memastikan bila China merupakan ancaman besar bagi Indonesia. China siap melakukan konfrontasi militer menghadapi negara Indo Pasifik termasuk Indonesia untuk menegakkan klaim Nine Dash Line nya.

“Indonesia melihat China sebagai satu-satunya musuh militer jangka pendek yang realistis, dengan potensi khusus untuk konfrontasi militer atas pulau-pulau dan terumbu karang di dekat Laut China Selatan,” jelas RAND Corporation.

Apakah pendapat AS ini benar adanya? karena jika China mengambil langkah konfrontsi bersenjata di masa depan maka Indonesia harus mempersiapkan diri saat ini juga. (AHM/pkrn)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini