spot_img
Selasa, April 30, 2024
spot_img

Ramai-ramai ‘Patungan’ Mendirikan Bank Syariah Terbesar di Indonesia

KNews.id- Predikat negara dengan populasi muslim terbesar di dunia sudah melekat di Indonesia sejak puluhan tahun. Per 2010 saja, jumlah masyarakat muslim di Tanah Air mencapai 229 juta jiwa atau 87 persen dari total populasi sekitar 260 juta jiwa. Tahun ini, jumlahnya kian bertambah.

Populasi muslim yang besar tentu memberi peluang bagi Indonesia untuk menumbuhkan sektor ekonomi syariahnya. Namun, potensi itu belum optimal tergarap.

- Advertisement -

Laporan Ekonomi dan Keuangan Syariah 2019 milik Bank Indonesia (BI) mencatat kinerja ekonomi syariah secara umum mencapai 5,72 persen. Capaiannya melebihi laju pertumbuhan ekonomi yang berada di kisaran 5 persen.

Sementara, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat aset keuangan syariah tumbuh 20,61 persen secara tahunan mencapai Rp1.639,08 triliun per Juli 2020. Torehannya mencakup keuangan syariah di bank dan nonbank.

- Advertisement -

Wakil Presiden Ma’ruf Amin menilai potensi ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia sejatinya masih besar. Pasalnya, Indonesia punya ekosistem ekonomi dan keuangan syariah yang lengkap.

Mulai dari perundang-undangan, regulator, pelaku usaha, masyarakat, hingga pasar yang mendukung terbentuknya sistem tersebut. Namun, masih banyak kekurangan di sektor ini, salah satunya belum optimalnya peran lembaga keuangan syariah berskala besar yang mampu menjadi jangkar untuk keuangan syariah.

- Advertisement -

Selain itu, belum masifnya keberadaan keuangan mikro syariah sebagai lembaga yang melayani masyarakat paling bawah. Untuk itu, pemerintah menggagas terbentuknya satu bank syariah terbesar di dalam negeri.

Mimpi ini kemudian diwujudkan dengan menggabungkan alias merger tiga bank syariah BUMN yang sudah ada, yaitu PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), PT Bank BNI Syariah (BNIS), dan PT Bank Syariah Mandiri (BSM) menjadi PT Bank Syariah Indonesia. Proses pun dilakukan sejak Oktober lalu.

Saat ini, bank sudah terbentuk dan memiliki susunan komisaris, direksi, hingga Dewan Pengawas Syariah (DPS). Pucuk pimpinan dipegang oleh Hery Gunardi selaku Direktur Utama.

Selanjutnya, bank dan para susunan direksi ditargetkan mulai bekerja pada 1 Februari 2021. Secara total, aset dari hasil ‘patungan’ tiga bank syariah BUMN usai merger mencapai Rp220 triliun hingga Rp225 triliun.

Sementara pada 2025 nanti, aset Bank Syariah Indonesia diramal bakal menyentuh kisaran Rp390 triliun. Bila tercapai, Bank Syariah Indonesia akan menempati peringkat ketujuh atau kedelapan sebagai bank terbesar di Indonesia.

Selain itu, hal ini akan membawa bank menjadi salah satu bank syariah terbesar di dunia. Targetnya, setidaknya mencapai peringkat 10 besar. Head of Islamic Finance Refinitiv Mustafa Adil menilai kelahiran Bank Syariah Indonesia akan memberi banyak manfaat.

Pertama, menjadikan bank tersebut sebagai bank syariah terbesar di dalam negeri. Kedua, memberi daya dongkrak keuangan syariah ke ekonomi syariah lebih besar. Sebab, skala bisnis yang lebih besar saat ini berpotensi melahirkan kucuran pembiayaan syariah yang lebih deras lagi ke masyarakat dan institusi.

“Prediksi kami, dengan dukungan pemerintah melakukan merger tiga bank syariah, BSI akan mampu menjadi pemain utama dalam pendanaan lokal di Indonesia. Mereka akan mampu berpartisipasi dalam memfasilitasi pendanaan yang sebelumnya tidak dapat didanai,” kata Mustafa.

Sebagai gambaran, total pembiayaan dari bank syariah mencapai Rp377,25 triliun per semester I 2020. Jumlahnya meningkat dari Rp361,12 triliun per akhir 2019. Sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) bank syariah mencapai Rp430,2 triliun pada periode yang sama. Jumlahnya juga naik dari Rp425,29 triliun per akhir 2019.

Dari sini, ia memperkirakan total pembiayaan dan DPK bank syariah di dalam negeri akan tumbuh lebih tinggi lagi usai lahirnya Bank Syariah Indonesia. Pasalnya, kerja tiga bank yang semula masing-masing kini sudah menjadi satu kekuatan besar.

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan manfaat riil dari kehadiran Bank Syariah Indonesia adalah bisa mempercepat perkembangan rantai pasok halal (halal value chain) di Indonesia. Hasilnya, rantai pasok yang kuat akan memberi manfaat balik pula ke industri keuangan syariah.

“Pembentukan halal value chain sangat penting agar demand keuangan syariah termasuk perbankan syariah semakin besar,” ujar Perry.

Untuk itu, menurutnya, pemerintah perlu segera mengembangkan rantai pasok ekonomi halal guna menangkap potensi keuangan syariah Tanah Air ke depan. (Ade)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini