Di awal pidatonya pada Senin (13/3/2023), Xi berterima kasih kepada para delegasi atas pengangkatannya kembali.
“Ini adalah ketiga kalinya saya mengambil posisi tinggi sebagai presiden. Kepercayaan masyarakat menjadi pendorong terbesar bagi saya untuk maju, dan juga tanggung jawab yang berat di pundak saya,” ungkapnya.
Seperti banyak pidatonya sebelumnya, Xi bernada nasionalis, mengutip kesulitan yang diderita RRC di tangan “kekuatan asing yang mengintimidasi” di era modern dan mencatat bagaimana Partai Komunis telah memimpin negara itu untuk “membersihkan penghinaan nasional.”
“Orang-orang RRC telah menjadi tuan atas nasib mereka sendiri,” katanya. “Peremajaan besar bangsa Tiongkok telah memasuki proses sejarah yang tidak dapat diubah,” lanjutnya.
Menurut Xi, “esensi” dari peremajaan itu adalah “penyatuan nasional”, yaitu “menyatukan kembali” Taiwan dengan RRC daratan.