spot_img
Sabtu, Mei 4, 2024
spot_img

Tabungan Spiritual sebagai Upaya Penolak Bala

KNews.id – Siraman Rohani Islam yang ditayangkan oleh TVOne dari Masjid Istiqlal Jakarta setiap pukul 17:30 menjelang maghrib sambil mengisi detik-detik saat berbuka puasa tiba, yang disampaikan oleh Prof.Nasaruddin Umar, telah menyentuh hati dan memberikan hikmah yang dalam bagi pemirsa yang mengikuti acaranya setiap hari.

Berbicara mengenai Tabungan Spiritual sebagai Upaya Penolak Bala, dalam Al-Qur’an, kata bala diartikan sebagai ujian dari Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Setiap manusia yang hidup di dunia, tidak terlepas dari hal tersebut.

- Advertisement -

Bala datangnya mutlak dari Allah SWT, ujian tersebut diberikan agar Allah mengetahui mana orang-orang yang bersabar dan mana yang tidak.

Mendengar uraian beliau yang baru disampaikan, membawa penyadaran diri yang dalam untuk tidak mempersalahkan apa dan kenapa bala itu ada dan datang menimpa umat-Nya. Beliau memaparkan bahwa tolak bala sesungguhnya bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya melalui spiritual saving atau tabungan spiritual.

- Advertisement -

“Amal kebaikan yang kita lakukan selama diberi kesempatan hidup dapat menjadi tolak bala bagi kita dan salah satu jalan pertolongan dari Allah SWT,” ujarnya memberi penjelasan.

Tabungan spiritual tersebut dapat dijadikan kekuatan untuk memohon kepada Allah SWT. Terlebih di bulan Ramadan, momentum tersebut dapat dimanfaatkan dengan amal istimewa yang nantinya akan menjadi tabungan spiritual bagi masing-masing muslim.

- Advertisement -

Contoh dari spiritual saving sendiri seperti taat kepada kedua orang tua, jujur terhadap pekerjaan, hingga bertanggung jawab atas apa yang dilakukan. Berkaitan dengan tabungan spiritual sebagai upaya penolak bala, Prof Nasaruddin mencontohkan kisah yang pernah disampaikan dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW.

Terdapat tiga orang pemuda yang bekerja sebagai pencari kayu bakar. Kala itu, mereka tengah melakukan pekerjaan seperti biasanya di hutan.

Tiba-tiba terjadi hujan lebat, bersembunyilah mereka di dalam sebuah gua. Sayangnya, hujan tersebut tiba-tiba disertai dengan gempa bumi dan longsor, akibatnya sebuah batu besar menutupi pintu gua tersebut.

Salah satu pemuda yang paling tua berkata bahwa mereka tidak mungkin bisa selamat dari sini, karena batu tersebut terlalu besar dan tidak bisa disingkirkan dengan tangan kosong. Menurutnya, hanya Allah yang bisa menyelamatkan mereka dari sana.

Lantas ia bertanya kepada dua pemuda lainnya, adakah di antara mereka yang memiliki amalan istimewa? Saling bertatapan, mereka menjawab tidak ada. Lalu, si pemuda yang paling tua itu memohon kepada Allah SWT.

“Ya Allah, hambamu adalah orang awam yang tidak mempunyai amal kelebihan apapun, tidak punya amal istimewa, kecuali pernah suatu saat ibu saya sakit keras dan meminta dibelikan susu segar tengah malam,” kata Prof Nasaruddin menceritakan.

Karena waktu itu tengah malam, tentu tidak ada penjual yang bisa dibeli dagangan susu segarnya. Akhirnya si pemuda yang paling tua tersebut mengunjungi satu-satu rumah tetangganya hingga terkumpul satu gelas susu.

Setelahnya, ketika ingin memberikan susu tersebut kepada sang ibu ternyata beliau sudah lebih dulu tidur. Barulah keesokan Subuh ia berikan susu kepada ibunya.

Pemuda tersebut memohon, apabila hal yang ia perbuat waktu itu kepada sang ibu ada manfaatnya, maka tolonglah dibukakan pintu gua tersebut dari batu yang menghalanginya. Atas izin Allah, pintu gua tersebut terbuka sedikit, muncullah celah kecil namun tetap tidak bisa digunakan untuk keluar.

Simak kisah lengkapnya mengenai tiga pemuda tersebut dalam detik Kultum Prof Nasaruddin Umar.   (Zs/Tv.1)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini