spot_img
Jumat, Mei 3, 2024
spot_img

Satu Lagi Kengerian Jokowi Akan Terungkap Hari Ini

KNews.id – Surplus Transaksi Berjalan Indonesia pada kuartal II-2023 diproyeksikan mengecil dibandingkan kuartal-1 2023. Melemahnya ekspor menjadi alasan mengapa surplus tak bisa sekencang pada kuartal sebelumnya.

Bank Indonesia hari ini akan mengumumkan data transaksi berjalan serta Neraca Pembayaran untuk kuartal II-2023.

- Advertisement -

Dilansir dari Bank Indonesia (BI), pada kuartal-I 2023 tercatat transaksi berjalan Indonesia surplus US$2,971 miliar atau hampir US$3 miliar. Transaksi berjalan pada kuartal I-2023 setara dengan 0,89% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atau lebih rendah dibandingkan kuartal-IV 2022 sebesar 1,27% dari PDB.

Meskipun mengalami surplus, pada dasarnya transaksi berjalan Indonesia terus menurun dari pencapaian tertinggnya  pada kuartal-III 2021 sebesar US$5,02 miliar.

- Advertisement -

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal-I 2023 menembus US$6,52 miliar. Surplus ini jauh lebih besar dibandingkan pada kuartal IV-2022 yakni US$4,73 miliar.

- Advertisement -

Surplus juga berbanding terbalik dengan defisit sebesar US$1,82 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Selain itu, angka ini juga merupakan yang tertinggi sejak kuartal-III 2021 yang menyentuh angka US$10,69 miliar.

NPI yang tinggi ini didukung oleh transaksi finansial yang mengalami turnover dari defisit sebelumnya. Sejak kuartal-IV 2021, transaksi finansial Indonesia berada di zona negatif dan pada kuartal-I 2023 mengalami surplus sebesar US$3,38 miliar.

Transaksi finansial pada dasarnya terdiri dari investasi langsung, investasi portofolio, derivatif finansial, dan investasi lainnya. Pada kuartal-I 2023 tercatat 89% mendominasi transaksi finansial tepatnya sebesar US$3,01 miliar.

Jika melihat data setelmen BI sejak awal 2023 hingga 5 April 2023, investor asing mencatatkan beli neto Rp59,00 triliun di pasar Surat  Berharga Negara (SBN) dan beli neto Rp4,65 triliun di pasar saham atau jika ditotalkan sebesar Rp63,65 triliun.

Selain itu, data setelmen BI sejak awal 2023 hingga 26 Juni 2023,  investor asing tercatat melakukan beli neto Rp80,43 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp14,25 triliun di pasar saham atau jika ditotalkan sebesar Rp94,68 triliun.

Berdasarkan data tersebut, investor asing diperkirakan mencatatkan beli netto di pasar SBN maupun saham Indonesia sebesar Rp31,03 triliun selama kuartal-II 2023. Derasnya modal asing yang masuk sejalan dengan meredanya ketegangan geopolitik, inflasi yang terus turun, serta prospek ekonomi dalam negeri yang cerah.

Membaiknya transaksi finansial membantu NPI untuk tetap memiliki kinerja cemerlang meskipun surplus transaksi berjalan menyusut dan jika dibandingkan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami tren penurunan.

Seperti Apa Proyeksi Transaksi Berjalan RI?
Bank Central Asia (BCA) dalam laporannya Towards the final lap with a tested plan in hand, memproyeksikan transaksi berjalan Indonesia untuk kuartal-II 2023 akan anjlok menjadi US$1,5 miliar.
Pelemahan ini sejalan dengan ekspor Indonesia yang tergerus. Ekspor memang masih tumbuh tapi angkanya jauh lebih kecil dibandingkan periode yang sama tahun lalu ataupun kuartal I-2023. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia April-Juni 2023 mencapai US$61,61 miliar.

Sebagai perbandingan, nilai ekspor Indonesia pada Januari-Maret 2023 mencapai US$67,20 miliar sementara pada April-Juni 2022 tercatat US$ 74,93 miliar.

Kepala ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro memperkirakan ekspor dan surplus akan terus mengalami penurunan sehingga transaksi berjalan bisa berbalik arah menjadi defisit lebih awal dari yang diperkirakan semula. “Kami memperkirakan current account akan mencatat defisit kecil sebesar -0,65% dari PDB pada tahun 2023 dari  surplus 0,99% terhadap PDB pada 2022” ujar Andry.

Sejalan dengan Andry, ekonom Bank Danamon, Irman Faiz mengatakan kontraksi ekspor masih akan berlanjut sebagai dampak penurunan harga komoditas. Alhasil, ia mengestimasikan transaksi berjalan Indonesia bisa mencataat defisit 0,4% terhadap PDB pada 2023 dan dalam waktu dekat akan memberikan tekanan terhadap rupiah.

Namun begitu, BI masih optimis NPI kuartal-II 2023 masih mengalami surplus meskipun lebih rendah. Kinerja NPI pada 2023 diprakirakan akan tetap baik dengan transaksi berjalan terjaga dalam kisaran surplus 0,4% sampai dengan  defisit 0,4% dari PDB.

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Juni 2023 mencapai US$128,66 miliar atau turun 8,86% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Jokowi Wanti-Wanti dengan Melambatnya Ekonomi China dan Dunia

Melambatnya ekspor tak bisa dilepaskan dari perlambatan ekonomi di mitra dagang serta melandainya harga komoditas. Perlambatan ekonomi di China sudah mulai terasa dampaknya ke ekspor Indonesia mengingat Tiongkok berkontribusi sekitar 29-30% ekspor Indonesia.

BPS mencatat nilai ekspor non-migas RI ke China mencapai US$ 34,86 miliar pada Januari-Juli 2023 atau naik 6%. Kenaikan ini jauh lebih kecil dibandingkan pada Januari-Juni 2022 yang mencapai 29,92%.
Ekspor ke Amerika Serikat terkoreksi 22,12% pada Januari-Juni 2023, berbanding terbalik dengan tumbuh 26,5% pada semester I-2022. Ekspor ke Jepang terkontraksi 11,7%, berbanding terbaik dengan kenaikan 45% pada semester I-2022.

Pelemahan ekonomi China telah dicermati oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan kabinetnya. Dalam narasi Buku Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan & Belanja Negara (RAPBN) 2024 terlihat bahwa pemerintah khawatir mengenai kondisi ekonomi global, salah satunya China.

Dalam Nota Keuangan disebutkan pertumbuhan ekonomi Tiongkok diprediksi melambat di 2024, setelah sempat rebound dari pandemi di 2023. “Reopening yang tidak sesuai ekspektasi membebani pemulihan di tahun 2023 dan diperkirakan menghambat laju pemulihan ke depan,” seperti tertulis dalam Buku Nota Keuangan dan RAPBN 2024.

Dalam beberapa kesempatan, Jokowi juga mengingatkan jika kondisi ekonomi global masih gelap. Jokowi mengatakan, untuk mewujudkan hal itu bukan perkara mudah karena ada tantangan dari situasi ekonomi global yang masih gelap, meski Indonesia masih mengalami pertumbuhan.

“Kita tahu situasi global tidak mendukung, situasi ekonomi dunia juga tidak mendukung,” kata Jokowi saat membuka Rakornas Pengawasan Intern Pemerintah di Gedung BPKP, Jakarta Timur,  14 Juni 2023. Perlambatan serta ketidakpastian ekonomi global ini akan tercermin dalam data transaksi berjalan serta Neraca Pembayaran Indonesia yang akan diumumkan Bank Indonesia hari ini.
Data transaksi berjalan akan menggambarkan seberapa jauh ekspor Indonesia sudah terimbas oleh perlambatan ekonomi global sementara data NPI akan menggambarkan apakan investor asing sudah mulai tertarik masuk ke Indonesia di tengah masih kencangnya ketidakpastian global. (Zs/CNBC)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini