- BRIS membukukan kinerja keuangan yang solid di semester I 2023
- Sejumlah isu, termasuk potensi merger, bisa menjadi salah satu katalis positif untuk saham BRIS
- Prospek perbankan syariah RI yang cerah perlu dimanfaatkan dengan baik oleh manajemen dan diperhatikan investor
KNews.id- Emiten bank syariah BUMN PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) mencatatkan rapor keuangan yang apik di semester I 2023. Saham BRIS juga menarik untuk disimak lantaran sederet potensi ke depan. BSI membukukan laba bersih sebesar Rp 2,78 triliun sepanjang semester I-2023, naik 30,5% secara tahunan (year on year/yoy).
Pada pertumbuhan kredit, BSI tercatat telah menyalurkan sebanyak Rp 221,9 triliun sepanjang paruh pertama tahun 2023, naik 16% dari yang setahun sebelumnya yang sebesar Rp 191,3 triliun. Perolehan BSI ini dipaparkan pada materi paparan publik PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Semester I-2023, yang dilaksanakan 31 Juli 2023 secara virtual. Seperti diketahui, Bank Mandiri merupakan salah satu induk dari BSI.
BSI sendiri menjelaskan, laporan keuangan semester I-2023 sedang dalam proses audit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP). “Kredit Bank Syariah Indonesia naik sebesar 16% year on year, mencapai Rp 222 triliun. Dengan return of equity yang mencapai 17%,” ujar Direktur Manajemen Risiko BMRI Ahmad Siddik Badruddin, Senin (31/7/2023).
Adapun, rasio imbal balik ekuitas atau return on equity (ROE) tersebut berada di 15,90% pada semester I-2023. Masih tergolong sehat. Dalam materi paparan tersebut, dijelaskan bahwa sebesar Rp 1,43 triliun dari laba BSI merupakan porsi kepemilikan dari Bank Mandiri. Angka kontribusi laba BSI terhadap Bank Mandiri itu telah naik dari yang sebelumnya sebesar Rp 1,07 triliun.
Rasio kecukupan modal (CAR) BRIS juga masih kokoh, yakni 17,30% per akhir semester I 2023
Potensi Merger
Isu merger (penggabungan bisnis) BSI dengan PT BTN Syariah, apabila nanti unit usaha syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) tersebut jadi spin off (pemisahan usaha dari induknya), berpotensi menjadi katalis positif untuk BSI.
Tambahan aset yang besar bisa semakin mengukuhkan pangsa pasar BSI di kancah perbankan syariah Tanah Air.
PT BTN Syariah akan melakukan pemisahan usaha atau spin off dengan menggunakan licenseatau izin bank yang memiliki dasar syariah. Artinya, BTN akan melakukan akuisisi suatu perbankan syariah. Langkah tersebut dilakukan seiring adanya potensi penggabungan dengan BSI.
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) I, Kartika Wirjoatmodjo, mengatakan setelah BTN melakukan akuisisi bank syariah, selanjutnya, BSI masuk sebagai pemegang saham. “Jadi dua tahap, BTN syariah akan men-spin off dengan mencari cangkang perusahaan perbankan syariah yang existing, memindahkan asetnya yang cukup besar, kemudian BSI nanti masuk sebagai pemegang saham di situ,” ujarnya di Ritz Carlton Jakarta, Senin (14/8/2023).
Meskipun demikian, kata Tiko, hal itu masih dikaji dan belum dapat memastikan apakah BSI akan menjadi pengendali saham BTN syariah.
Tiko menambahkan, dalam aksi korporasi ini, pihaknya mengedepankan prinsip kehati-hatian, sebab BTN dan BSI merupakan dua perusahaan terbuka.
“Ini lagi digagas, ini lagi dicari polanya. Jadi yang saya sampaikan ini sebagai informasi dalam rangka konteks rencana, kajian ya, karena ini kan dua-duanya perusahaan publik, jadi mereka harus melakukan announcement secara publik dulu,” pungkasnya.
Valuasi Menarik
Melihat hal di atas, secara umum valuasi saham BRIS terbilang menarik, kendati sedikit lebih tinggi dibandingkan peers.
Rasio multiples price-to earnings (P/E, PER) BRIS mencapai 13,33 kali, masih di kisaran rule of thumb 10 – 15 kali. Kemudian, rasio price-to book value (PBV), yang lebih cocok untuk emiten perbankan, BSI 2,22 kali, di atas rule of thumb dan peers.
Namun, sebagai pemimpin pasar bank syariah dan memiliki kapitalisasi pasar (market cap) terbesar di antara peers, BSI memiliki keunggulan tersendiri.
Melihat proyeksi laba dan rasio multiples di atas, harga wajar BRIS berada di Rp2.030 atau ada potensi kenaikan 20,5% dibandingkan harga Rp1.685 per 14 Agustus 2023.
Tentang BSI
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi berdiri pada 1 Februari 2021. Presiden Joko Widodo secara langsung mengumumkan pembukaan bank syariah terbesar di Indonesia ini di Istana Negara. BSI terbentuk dari penggabungan antara PT Bank BRIsyariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri, dan PT Bank BNI Syariah. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara resmi mengizinkan penggabungan ketiga bank syariah tersebut pada tanggal 27 Januari 2021 melalui surat Nomor SR-3/PB.1/2021.
Pada 1 Februari 2021, Presiden Joko Widodo secara resmi meresmikan keberadaan BSI. Komposisi pemegang saham BSI adalah: PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) 50,83%, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) 24,85%, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) 17,25%. Sisanya dimiliki oleh pemegang saham lain dengan masing-masing kepemilikan di bawah 5%.
Melalui penggabungan ini, keunggulan dari ketiga bank syariah digabungkan untuk menyediakan layanan yang lebih komprehensif, cakupan yang lebih luas, dan kekuatan modal yang lebih solid. Dengan dukungan sinergi perusahaan dan komitmen dari Pemerintah melalui Kementerian BUMN, BSI diharapkan dapat bersaing secara global.
BSI memiliki potensi besar untuk terus berkembang dan menjadi bagian integral dari kelompok bank syariah terkemuka di skala global. Selain pertumbuhan kinerja yang positif, dukungan terhadap visi pemerintah Indonesia dalam menciptakan ekosistem industri halal dan memiliki bank syariah nasional yang besar dan kuat, serta fakta bahwa Indonesia adalah negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, semuanya membuka peluang yang besar.
Prospek Bank
Merger pada Februari 2021, dari tiga unit usaha syariah bank BUMN menjadi BSI, berhasil mengubah landscape industri perbankan syariah. Kini, BSI menguasai 38% marketshare perbankan syariah nasional dengan aset sebesar Rp305,73 triliun hingga akhir Desember 2022.
Ini menjadi peluang yang baik untuk BSI untuk mengkapitalisasi pasar keuangan syariah dalam negeri. Apalagi, Indonesia memiliki umat muslim yang jumlahnya besar. Kebutuhan dan preferensi masyarakat Muslim terhadap layanan keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah semakin meningkat. Hal ini memberikan dorongan bagi masyarakat Muslim untuk menggunakan layanan perbankan syariah, termasuk produk dan jasa yang disediakan oleh BRIS.
Selain faktor jumlah umat Muslim yang besar, ekosistem syariah yang berkembang di Indonesia juga berperan penting dalam prospek perbankan syariah. Pemerintah Indonesia telah mendorong pengembangan ekosistem syariah melalui regulasi yang mendukung pendirian lembaga keuangan syariah, pengembangan instrumen keuangan syariah, dan promosi industri perbankan syariah secara keseluruhan.
Dukungan ini mencakup pendirian lembaga keuangan mikro syariah, dana pensiun syariah, asuransi syariah, dan pasar modal syariah. Dengan adanya ekosistem syariah yang berkembang, BRIS dapat memanfaatkan sinergi dengan berbagai entitas dan institusi syariah untuk menyediakan produk dan layanan yang beragam kepada masyarakat.
Industri perbankan nasional dan perbankan syariah juga terus tumbuh positif. Total aset, perbankan nasional, misalnya, tumbuh dari Rp8.726 triliun pada 2019 menjadi Rp11.133 per Januari 2023. Penyaluran kredit naik dari Rp5.736 triliun pada 2019 menjadi Rp6.455 triliun hingga Januari 2023.
Demikian pula, jumlah dana pihak ketiga (DPK) juga meningkat dari Rp6.110 triliun dari 2019 menjadi Rp8.094 triliun per Januari 2023. Setali tiga uang, perbankan syariah juga mengalami pertumbuhan aset menjadi Rp786 triliun per Januari 2023 dari Rp538 triliun pada 2019 lalu. Kredit yang disalurkan juga naik menjadi Rp503 triliun pada Januari 2023 dari Rp365 triliun pada 2019.
Tidak ketinggalan, DPK perbankan syariah juga meningkat dari Rp425 triliun pada 2019 menjadi Rp616 triliun pada Januari 2023. Namun, memang, pada 2023, diperkirakan, tantangan ekonomi makro akan cukup kompleks mengingat potensi terjadinya resesi global yang dapat mendorong kenaikan suku bunga. Potensi resesi ini telah diungkapkan oleh Dana Moneter Internasional (IMF) dan juga tercantum dalam Nota Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk Tahun Anggaran 2023.
Kehadiran potensi krisis tersebut menjadi ujian bagi Bank Syariah Indonesia (BSI) agar tetap mampu bertumbuh secara positif dan memberikan solusi kepada nasabah dan masyarakat. Dengan pangsa pasar yang luas dan kemampuan yang dimilikinya, BSI berkomitmen untuk senantiasa menghadirkan solusi keuangan syariah yang modern, lengkap, dan berlaku secara universal kepada nasabah.
Kinerja BSI yang teruji pada 2022, tercermin dari pencapaian berbagai indikator keuangan dan aktivitas perusahaan, memberikan landasan yang kuat.
Untuk itu, BSI pun memberikan sejumlah proyeksi kinerja di 2023, misalnya margin bunga bersih (NIM) di rentang 6,03%-6,06%, NPF gross (rasio pinjaman bermasalah) 2,25%-2,35%, hingga rasio kecukupan modal (CAR) berada di rentang 19,50% – 20,50%.
Membeli saham BSI saat ini masih memberikan marjin keamanan (margin of safety/MOS) yang lumayan menarik dan potensi kenaikan yang cukup baik pula. Yang terpenting, investor tetap perlu mencermati prospek dan kinerja keuangan BSI ke depan agar tidak salah langkah dalam berinvestasi.