spot_img
Rabu, Mei 1, 2024
spot_img

Putin Membangunkan ‘Raksasa’ yang Lagi Tidur!

KNews.id- Presiden Rusia Vladimir Putin dinilai telah membangunkan ‘raksasa’ yang tertidur saat melancarkan serangan ke Ukraina. ‘Raksasa’ itu adalah negara-negara Eropa yang menyatakan sikap berlawanan terhadap serangan Moskow ke Kyiv.

Hal ini disampaikan oleh Pakar militer Eropa, Nicholas Drummond. Ia menyebut, negara-negara Eropa dapat mengacaukan rencana Putin untuk berhasil di Ukraina. Bahkan, katanya, solidaritas yang digalang negara-negara Eropa untuk Ukraina sebenarnya menunjukkan bahwa rencana Rusia sudah hancur.

- Advertisement -

“Scholz + Jerman dalam kemitraan dengan Macron dan Prancis, Johnson dan Inggris, Biden dan Amerika, Morawiecki dan Polandia, dan banyak lainnya. Itu semua menunjukkan bahwa lebih banyak yang menyatukan kita daripada yang memisahkan kita,” ujarnya melalui akun Twitter pada awal Juli lalu.

Drummond juga menjelaskan manuver pemimpin Eropa dan Amerika Serikat (AS) serta rencana Putin untuk perang pendek yang dianggap gagal. Diketahui, serangan sudah masuk ke hari ke-137 dan Rusia masih belum dapat menguasai ibu kota Ukraina, Kyiv.

- Advertisement -

“Scholz (sempat) menyatakan komitmennya ke Ukraina selama mereka membutuhkan dukungan Jerman. Ini adalah pengakuan yang jelas bahwa Putin tidak akan diizinkan untuk berhasil di Ukraina. Putin telah membangunkan raksasa yang sedang tidur,” tambahnya.

Selain itu, ia juga berpandangan bahwa niatan Ukraina untuk bergabung dengan aliansi pertahanan pimpinan AS, NATO, juga telah mengancam keamanan negara. Pasalnya, NATO merupakan rival dari Moskow dan Kyiv dapat menyerang beberapa wilayah yang telah dikuasai Rusia sejak 2014 lalu seperti Krimea.

- Advertisement -

Meski berukuran lebih kecil, Ukraina sendiri sejauh ini masih mendapatkan dukungan persenjataan yang kuat dari negara-negara Uni Eropa. Terbaru, Jerman bahkan mengirimkan senjata Howitzer self-propelled untuk membantu negara itu menghadang Rusia.

Putin sendiri mendeklarasikan serangan ke Ukraina pada 24 Februari lalu. Dia beralasan bahwa aksi militer ini diperlukan untuk melindungi masyarakat berbahasa Rusia di negara itu, yang menurutnya telah mendapatkan persekusi dari kaum nasionalis Kyiv. (AHM/cnbc)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini