spot_img
Senin, Mei 20, 2024
spot_img

Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II “Keren Abis”

KNews.id –  Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 5.17 persen pada Kuartal II – 2023. Angka tersebut dianggap sebagai pencapaian yang menggembirakan, karena lebih tinggi dibanding dengan pertumbuhan ekonomi kuartal sebelumnya, dan lebih besar dari pertumbuhan periode yang sama di tahun lalu. Selain itu, pencapaian di tengah ekonomi global yang melambat itu mampu melebihi pertumbuhan ekonomi di beberapa negara ekonomi maju seperti Amerika Serikat, Singapura, bahkan Jerman.

Bisa dikatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal II – 2023 telah menambah daftar pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selalu tembus angka 5 persen, setelah masa pandemi Covid-19. Tidak heran jika Menkeu Sri Mulyani melalui akun Instagram pribadinya @smindrawati mengunggah foto-foto ‘full senyum’ yang disandingkan dengan data-data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode itu, sambil berkata, “Kereeen abis!

- Advertisement -

Kita harus bersyukur dan mengapresiasi kinerja ekonomi pemerintah. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif itu mampu mengatasi kekhawatiran akan perlambatan ekonomi nasional, terutama disebabkan oleh penurunan harga komoditas unggulan ekspor Indonesia seperti CPO dan pertambangan, serta perlambatan ekonomi dari negara mitra dagang utama seperti Amerika Serikat dan Tiongkok.

Namun selain bersyukur, kita juga perlu untuk mengevaluasi bagaimana kualitas dari pertumbuhan ekonomi yang positif itu. Serta, sudah sejauh mana pertumbuhan ekonomi kita sejalan dengan cita-cita kita untuk melakukan transformasi ekonomi agar secepatnya terbebas dari middle income trap dan menjadi negara maju. Dengan demikian kita bisa menilai dengan objektif, apakah pertumbuhan ekonomi di Kuartal II – 2023 ini sudah benar-benar “keren abis” seperti kata Menkeu?

- Advertisement -

Ada beberapa hal yang perlu kita evaluasi dari pertumbuhan ekonomi Kuartal II – 2023.

Pertama, masih mencerminkan Jawa sentris. Jika dilihat secara wilayah, kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi di Kuartal II masih diduduki oleh Pulau Jawa. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), sumbangan Pulau Jawa pada pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 57,27%. Kemudian Pulau Sumatera menjadi kontributor terbesar kedua, sebesar 21,94%. Kelompok provinsi di Kalimantan tercatat dengan sumbangan pada pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8,32%. Dilanjutkan dengan kelompok provinsi di Sulawesi, sebesar 7,13%. Kemudian kelompok provinsi di Bali dan Nusa Tenggara sebesar 2,77%. Terakhir, kelompok provinsi di Maluku dan Papua menyumbang 2,57% terhadap pertumbuhan nasional.

- Advertisement -

Kedua, memelihara ketimpangan pendapatan. Pertumbuhan ekonomi yang positif di Kuartal II – 2023 ternyata masih mencerminkan adanya ketimpangan pendapatan. Di mana sektor dengan kontribusi terbesar terhadap PDB yang mampu menyerap tenaga kerja low skill dalam jumlah banyak, seperti industri pengolahan dan pertanian, tumbuh di bawah pertumbuhan ekonomi 5,17 persen. Sedangkan sektor yang banyak diisi oleh tenaga kerja high skill dan tidak menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, justru mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi, seperti transportasi dan pergudangan dan infokom. Sehingga membuat kesenjangan pendapatan antar penduduk terus meningkat.

Ketiga, masih mengandalkan konsumsi masyarakat. Pertumbuhan ekonomi pada Kuartal II – 2023 yang lebih tinggi dari Kuartal I – 2022 itu masih sangat mengandalkan konsumsi masyarakat. Walaupun sumbangsih konsumsi masyarakat sudah menjadi hal biasa dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia belakangan ini, namun akan mempersulit langkah Indonesia untuk beranjak menjadi negara maju dan terbebas dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap).

Apalagi kuatnya konsumsi masyarakat itu tidak terlepas dari adanya intervensi pemerintah antara lain dengan menggelontorkan subsidi energi dan non energi. Selain juga ditopang oleh faktor musiman, yakni kehadiran dua hari raya, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha dengan libur panjang yang ditambah, serta adanya pemberian tunjangan hari raya (THR) dan gaji ke-13 kepada para ASN.

Tantangan Menjadi Negara Maju

Masih dominannya konsumsi masyarakat itu menunjukkan bahwa selama Kuartal II – 2023, struktur ekonomi Indonesia belum sesuai cita-cita menjadi negara maju. Hal itu terlihat dari kontribusi investasi dan ekspor terhadap PDB yang masih kecil. Padahal kunci untuk menjadi negara maju dan terbebas dari middle income trap adalah memperbesar kontribusi investasi dan ekspor terhadap PDB.

Meningkatkan investasi bukan saja urgen untuk membebaskan Indonesia dari middle income trap dalam jangka panjang, namun dalam jangka pendek juga penting sebagai sumber alternatif pertumbuhan ekonomi ketika harga komoditas yang selama ini memberikan penerimaan besar bagi negara mulai mengalami penurunan di dunia internasional.

Untuk itu perlu langkah pemerintah memperbesar investasi, terutama untuk sektor manufaktur berteknologi tinggi supaya memperbesar produktivitas seperti negara-negara ekonomi maju. Sayangnya kontribusi setor manufaktur terhadap PDB saat ini terus menurun. Pada Kuartal I – 2023, sektor manufaktur berkontribusi kepada PDB hanya 18,57 persen, dan di Kuartal II – 2023 turun menjadi 18,25 persen.

Selain itu, untuk bisa tumbuh lebih cepat lagi dan menjadi negara maju, pertumbuhan ekonomi Indonesia harus didukung dengan kinerja ekspor yang lebih baik. Sudah saatnya pemerintah mendorong pertumbuhan ekspor yang tidak hanya bertumpu pada barang tambang dan komoditas yang sangat rawan terhadap gejolak harga internasional. Barang-barang ekspor yang dihasilkan Indonesia harus bernilai tambah tinggi. Bila kinerja ekspor ini tak cepat diubah, maka akan sulit bagi kita keluar dari middle income trap.

Jadi, bisa dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di Kuartal II – 2023 ini harus diakui merupakan pencapaian yang positif, namun belum bisa dikatakan sangat baik atau “keren abis”. Kita tidak boleh hanya berpuas diri dengan selalu mengandalkan konsumsi masyarakat dalam menopang pertumbuhan. Mengingat syarat untuk Indonesia bisa menjadi negara maju adalah dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari kisaran 5% saat ini, setidaknya menjadi 7%. Namun untuk mencapai pertumbuhan tinggi, Indonesia tidak bisa terlalu lama menggantungkan diri terhadap sektor konsumsi masyarakat.

Pemerintah perlu melakukan perubahan terhadap struktur ekonomi Indonesia dengan tidak lagi terlalu bertumpu pada konsumsi masyarakat. Mengingat mau menjadi negara maju, ke depannya Indonesia harus memaksimalkan sumber pertumbuhan ekonomi lainnya, seperti investasi di sektor manufaktur dan menggenjot kinerja ekspor bernilai tambah tinggi. (Zs/Dtk)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini