spot_img
Sabtu, Juni 22, 2024
spot_img

Masa Depan Nikel dan Baterai Mobil Listrik

MASA DEPAN NIKEL DAN BATERAI MOBIL LISTRIK

 

- Advertisement -

KNews.id – Jumlah nikel yang dibutuhkan untuk satu baterai kendaraan listrik (EV) bervariasi tergantung pada jenis baterai dan ukuran mobil. Namun, sebuah baterai EV tipikal yang mengandung energi sekitar 70 hingga 80 kilowatt-hour (kWh) kayaknya membutuhkan sekitaran 35 kilogram nikel.

Sebagai catatan, sebuah mobil listrik dengan baterai berkapasitas 70KWh dapat menempuh jarak terjauh sekitaran 531 kilometer dalam sekali pengisian baterai. Beberapa contoh mobil setrum yang menggunakan baterai berkapasitas 70KWh kayak dibawah ini:

- Advertisement -

= BMW iX : 399 kilometer
= Ford Mustang Mach-E : 440 kilometer
= Audi e-tron GT : 406 kilometers
= Mercedes-Benz EQC : 386 kilometers
= Tesla Model Y Long Range: 531 kilometers

Selain itu dibawah ini juga ada beberapa contoh jumlah nikel yang digunakan dalam jenis baterai EV yang berbeda:

- Advertisement -

= Baterai nikel-mangan-kobalt (NMC): Baterai ini adalah jenis baterai EV yang paling umum dan biasanya menggunakan sekitar 35 kilogram nikel per baterai 70 kWh.

= Baterai nikel-besi-fosfat (NiFePO4): Baterai ini lebih murah dibandingkan baterai NMC dan menggunakan sekitar 20 kilogram nikel per baterai 70 kWh.

= Baterai lithium ferrofosfat (LFP): Baterai ini adalah jenis baterai EV yang paling murah dan tidak menggunakan nikel.

Naaaah…Seiring dengan meningkatnya permintaan akan baterai EV, harga nikel kemungkinan akan naik dimasa mendatang. Hal ini dapat membuat biaya produksi baterai EV menjadi lebih mahal, yang pada gilirannya dapat menyebabkan harga EV lebih tinggi.

Namun, ada beberapa perusahaan yang sedang mengembangkan teknologi baterai baru yang menggunakan lebih sedikit nikel atau tanpa nikel sama sekali. Jika teknologi ini berhasil, hal tersebut dapat membantu mengurangi biaya baterai EV dan membuat EV lebih terjangkau bagi konsumen. Nah bijimana masa depan EV car atau mobil setrum sama demand buat nikel?

Per Januari 2023, diperkirakan terdapat sekitar 104 juta kendaraan listrik (EV) di jalan-jalan di seluruh dunia. Angka ini diperkirakan akan tumbuh dengan cepat dalam beberapa tahun mendatang. International Energy Agency (IEA) memproyeksikan bahwa akan ada 260 juta kendaraan listrik di jalan-jalan pada tahun 2030 dan 500 juta pada tahun 2040.

Pertumbuhan pasar EV didorong oleh beberapa faktor, termasuk insentif pemerintah, meningkatnya kepedulian lingkungan, dan penurunan biaya baterai.

Di Tiongkok, misalnya, pemerintah telah menerapkan sejumlah kebijakan untuk mempromosikan adopsi kendaraan listrik, termasuk subsidi, pemotongan pajak, dan pembangunan infrastruktur pengisian daya (sama lah kayak di Indonesia walau masih baby steps).

Di Norwegia, pemerintah bahkan melangkah lebih jauh dengan melarang penjualan mobil bensin dan diesel baru pada tahun 2025.

Penurunan biaya baterai adalah faktor utama lain yang mendorong pertumbuhan pasar EV. Dalam beberapa tahun terakhir, biaya baterai telah turun lebih dari 80%, membuat kendaraan listrik lebih terjangkau bagi konsumen. Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut, dengan IEA memproyeksikan bahwa biaya baterai akan turun menjadi $100 per kilowatt-hour pada tahun 2030.

Pertumbuhan pasar EV memiliki dampak signifikan pada industri otomotif global. Banyak produsen mobil sekarang menginvestasikan banyak dana dalam pengembangan model EV baru. Pada tahun 2022, misalnya, General Motors mengumumkan bahwa mereka akan menginvestasikan $35 miliar dalam pengembangan kendaraan listrik dalam lima tahun ke depan.

Kalau jumlah mobil strum naik jadi katakanlah 300 juta unit, berapa nikel yang dibutuhkan untuk baterai mobil listrik saja? kalikan saja 300 juta dikali 35 kilogram sama dengan sekitaran 10 juta 500 ribu ton.

Tahun 2022 adalah tahun terbaik untuk harga nikel karena produksi hanya sekitaran 2,98 juta ton sedangkan konsumsi 3,314 juta ton. Tahun ini, produksi nikel diperkirakan akan naik menjadi 3,374 juta ton sedangkan konsumsi sekitaran 3,314 juta ton. Kondisi ini mungkin menjawab pertanyaan kenapa harga nikel sulit untuk naik.

Produksi nikel ini meningkat pesat sehubungan dengan naiknya secara signifikan produksi nikel asal Indonesia dan Filipina, sementara konsumsi nikel melemah karena melemahnya permintaaan dari industri stainless steel dari China.

So, buat perusahaan-perusahaan yang beralih ke nikel atas nama “green energy” atau apapun tampaknya mereka harus sanggup bertahan sampai permintaan terhadap nikel kembali diatas supply. Sebagai catatan, Kelompok Studi Nikel Internasional (INSG) memprediksi pasar nikel akan terus mengalami oversupply produksi sampai 2024. (Zs/EP)

by :
Edhi Pranasidhi

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini