Para pejuang pahlawan kita saat itu adalah kesanggupan menyesuaikan pemikiran dengan keadaan yang berubah ubah , sehingga responnya menjadi sangat realistis. Kalau hanya mendasarkan pada teori-teori yang pernah dicerna dengan pengalaman masa lalu responnya akan sangat lamban, mengecewakan dan pasti akan gagal.
Ahli strategi yang sesungguhnya, pikirannya seperti sebuah sungai, semakin cepat mengalir akan semakin baik mengikuti perkembangan dan menanggapi perubahan. Menyegarkan dirinya dan energi akan semaki besar. Ahli teori seperti lumpur dalam sungai akan menetap dan mengeras disana, menghambat alirannya. Kebutuhan untuk memerangi dan memenangkan sebuah perjuangan adalah memulihkan aliran pikiran alami.
Napoleon prinsip perang apa yang ia ikuti, dia menjawab tidak mengikuti prinsip perang manapun. Kejeniusan adalah kemampuan menanggapi keadaan , memanfaatkan keadaan yang ada dengan sebaik-baiknya – ia seorang oportunis sejati. Demikianlah jendral Sudirman atau strategi Pangeran Diponegoro dan lainnya.
Meyakini teori secara kaku mempunyai hukum yang sulit dijelaskan atau aturan abadi sama dengan mengambil posisi kaku , statis, yang akan menjatuhkan kita sendiri. Teori akan memperluas visi tetapi tidak boleh menjadi dogma. Pada situasi yang baru lebih baik berprinsip tidak tahu apa apa. Dan harus siap belajar dr awal akan melahirkan teori sendiri yang lebih canggih daripada mengandalkan teori dari buku orang lain.