spot_img
Sabtu, Mei 4, 2024
spot_img

Imbas Harga BBM Naik, Amerika Latin dalam Derita

KNews – Imbas harga BBM naik, Amerika Latin dalam derita. Hantaman krisis global telah menghampiri Amerika Latin. Sejumlah negara mengalami gejolak akibat kenaikan harga bahan bakar yang mencekik.

Hal tersebut memicu gelombang protes yang terus meluas. Bahkan, banyak di antaranya yang berujung pada tindakan anarkis.

- Advertisement -

Berdasarkan laporan CNN International, Kenaikan harga bahan bakar telah menimbulkan protes yang berujung kekacauan setidaknya di Argentina, Ekuador, dan Panama.

Berbeda halnya dengan negara-negara maju, di Eropa misalnya, warga Amerika Latin tak memiliki banyak sarana transportasi alternatif yang bisa digunakan untuk menekan konsumsi bahan bakar minyak BBM.

- Advertisement -

“Harga bahan bakar adalah jangkar bagi seluruh perekonomian. Jika bahan bakar naik, itu berdampak langsung pada semua jenis harga,” kata Sergio Guzman, direktur Analisis Risiko Kolombia, sebuah konsultan bisnis yang berbasis di Bogota.

Hal itu juga diperparah oleh paradoks di kawasan tersebut, di mana penggunaan bahan bakar yang lebih banyak justru diperlukan untuk memerangi dampak perubahan iklim.

- Advertisement -

Di Ekuador, kenaikan harga banyak bakar telah berdampak pada ekspor produk pertanian utama mereka, pisang.

Curah hujan yang deras memerlukan pompa diesel dalam jumlah besar. Dengan harga bahan bakar yang melambung, para petani memiliki keterbatasan yang sulit diatasi.

Menurut Raul Villacres dari Pulso Bananero, konsultan perdagangan pisang di Guayaquil, produksi pisang Ekuador turun 7% dibandingkan dengan tahun lalu. Sebagian karena kenaikan biaya solar dan bensin.

Situasi serupa memengaruhi industri perikanan di Kolombia, di mana penduduk menikmati sebagian dari harga bahan bakar termurah di dunia. Namun, ketika Kementerian Energi dan Pertambangan menerbitkan harga baru pada Juli, seluruh negeri tidak siap.

Dalam laporan CNN, Jimmy Murillo yang berprofesi sebagai nelayan biasanya menghabiskan rata-rata dua atau tiga hari di laut sebelum kembali dengan tangkapannya, tetapi akhir-akhir ini perjalanannya bertambah lama, karena stok ikan berkurang dan para nelayan pergi lebih jauh ke lepas pantai untuk mencari ikan yang lebih banyak.

Ironisnya, salah satu alasan mengapa tangkapan ikan menurun adalah perubahan iklim, dan nelayan seperti Murillo harus menggunakan lebih banyak bahan bakar untuk mengurangi dampaknya.

Salah satu alasannya, kata Murillo, adalah karena pola curah hujan berubah dan hujan deras melanda Kolombia, sungai dan aliran sungai tiba di laut membawa lebih banyak pasir dan tanah di perairan mereka, dan karena itu sebagian besar ikan bermigrasi lebih jauh ke pantai yang airnya lebih jernih dan sejuk.

“Pada bulan Januari, bahan bakar untuk kapal kami berharga 8.000 peso (US$ 1,96) per galon, sekarang lebih dari 9.800 peso (US$ 2,70). Setiap minggu, biayanya makin tinggi dan pemerintah tidak membantu,” kata Murillo.

Nicole Muñoz dari Albacora, operasi penangkapan ikan skala kecil yang berkelanjutan di Bogota, juga mengatakan bahwa bahan bakar adalah kunci untuk seluruh model bisnisnya.

“Kami menggunakan bahan bakar untuk kapal penangkap ikan, untuk memindahkan produk dari pantai ke bandara, kemudian di pesawat, seluruh logistik kami bergantung padanya,” kata Muñoz kepada CNN.

Sementara harga ikan tidak meningkat sebanyak sektor makanan lainnya di Kolombia, seperti daging sapi dan produk unggas, Muñoz yakin harga akan mulai naik karena dampak dari harga bahan bakar yang lebih mahal.

Pada April lalu, Bank Dunia meninjau kembali proyeksi pertumbuhannya untuk Amerika Latin dan Karibia menjadi 2,3% tahun ini, turun 0,4 poin persentase karena dampak perang di Ukraina dan kenaikan harga dunia secara global.

Pada saat yang sama, Bank memperkirakan negara-negara Amerika Latin telah kehilangan setara dengan 1,7% dari PDB mereka karena bencana terkait iklim selama dua puluh tahun terakhir.

Piala Dunia dan Penyembuh Luka

Lalu, ketika kenaikan harga sudah tak dapat dibendung, apakah kemarahan warga di Panama, Ekuador, dan Argentina dapat menyebar ke Kolombia dan negara-negara lain di kawasan tersebut?

“Ini benar-benar bukan pertanyaan jika, tetapi kapan,” kata Guzman.

Dia berpendapat bahwa pemerintah daerah tidak akan mampu berbuat banyak untuk mengurangi kenaikan biaya hidup dan menenangkan warganya.

“Ketika kantong makin ketat, orang akan kehilangan kesabaran, bukan karena apapun yang dilakukan pemerintah, tetapi karena negara-negara ini tidak memiliki kapasitas untuk meningkatkan pengeluaran sosial.”

Presiden Ekuador Guillermo Lasso, misalnya, telah mendapat tekanan untuk membatasi harga bensin maksimal US$ 2,4 per galon. Padahal, hal tersebut akan memberikan tambahan beban kepada keuangan negara hingga US$ 3 miliar.

Di Argentina, di mana menteri keuangan negara itu terpaksa mengundurkan diri karena inflasi yang ekstrem, seorang pekerja pengiriman makanan Buenos Aires mengatakan kepada CNN bahwa kondisi saat ini lebih berat dibandingkan dengan saat awal pandemi.

“Semua orang mengeluh,” tutur Federico Mansilia, seorang ayah dari dua anak. “Setidaknya di masa pandemi, pemerintah dan oposisi bekerja sama. Sekarang polarisasi dan kepahitan tumbuh lagi,” imbuhnya.

Satu-satunya harapan untuk momen persatuan nasional, kata Mansilia, adalah Argentina memenangkan Piala Dunia Sepak Bola di Qatar pada akhir tahun.

“Itu benar-benar akan menyatukan negara. Jika kita menang, semua orang akan senang, tidak ada inflasi atau harga bensin yang mengganggu kita. Tapi sekarang, keadaannya sangat menyedihkan.” (RKZ/cnbc)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini