KNews.id – Nama kawasan Sudirman Central Bussines District atau yang lebih dikenal dengan SCBD identik dengan kawasan elit dan gedung pencakar langit di Ibu Kota Jakarta. Namun tahukah detikers siapa sosok pemilik dari kawasan ini?
Berdasarkan laman resmi SCBD, properti di kawasan tersebut dikembangkan oleh PT Danayasa Arthatama Tbk (DA). Kawasan seluas 45 hektare ini mulai dirancang sejak tahun 1987 dan memulai pembangunan pada tahun 1992.
Kala itu pada 1992-1993 pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberikan kepercayaan kepada Perusahaan untuk mentransformasikan lahan kumuh seluas 45 hektar di jantung Segitiga Emas Jakarta menjadi kawasan niaga terpadu dan modern.
Gedung Artha Graha menjadi bangunan pertama yang dibangun di kawasan itu, di susul dengan Gedung Bursa Efek Indonesia & Apartemen Kusuma Chandra selesai dibangun. Barulah pada 2002 perusahaan melakukan penawaran umum perdana dengan 100 juta saham di bursa efek sebagai langkah pengembangan usaha.
DA merupakan anak dari induk perusahaan PT Jakarta International Hotels and Development Tbk (JIHD). JIHD sendiri merupakan perusahaan milik Tomy Winata, pengusaha konglomerat keturunan Tionghoa.
Melihat data RTI, Minggu (10/9/2023), hingga saat ini pria yang akrab disapa TW ini memiliki sekitar 306.243.700 lembar saham atau 13,15%. Berkat itu ia merupakan pemegang saham individu terbesar di JIHD.
Meski begitu, ternyata TW sendiri bukan berasal dari keluarga yang kaya raya. Ia merantau dari Kalimantan ke Jakarta dan memulai pekerjaan sebagai kuli bangunan.
Lahir pada 23 Juli 1958, TW mengawali bisnis kerja sama dengan perusahaan yang mempunyai kaitan dengan dunia militer, hal itu berjalan sangat lancar sampai saat ini. Belum diketahui secara pasti harta kekayaan yang dimilikinya sekarang namun diperkirakan mempunyai nilai total harta kekayaan sebesar US$ 900 juta atau setara Rp 12 triliun.
Dilansir dari situs resmi perusahaan, PT Jakarta International Hotels and Development Tbk atau JIHD didirikan pada November 1969 dan pada Maret 1974, Perusahaan ini mulai melakukan kegiatan komersial dengan pembukaan Hotel Borobudur Inter-Continental (saat ini, Hotel Borobudur Jakarta), hotel bintang 5 yang mencakup hunian apartemen seluas 70 ribu meter persegi dan taman tropis seluas 23 ribu meter persegi yang terletak di lokasi strategis di Jakarta.
Pada tahun 1984, JIHD mulai terdaftar di Bursa Efek Jakarta (saat ini Bursa Efek Indonesia) dan salah satu dari 24 perusahaan yang pertama terdaftar di Indonesia. Dengan pengalaman lebih dari 40 tahun, JIHD dan anak induknya yang beroperasi di empat segmen yaitu real estat, jasa konstruksi, jasa telekomunikasi, dan manajemen perhotelan.
Selama perjalanannya, JIHD secara konsisten menghadirkan produk-produk inovatif bagi industri properti dan perhotelan Indonesia. Seiring waktu berjalan, JIHD melalui anak perusahaannya, DA membawa nama JIHD menjadi salah satu pemain terdepan di peta persaingan industri properti dan perhotelan Indonesia, menjadikan SCBD sebagai kawasan distrik bisnis pertama di Indonesia.
Selain JIHD dan AD, Tomy merupakan pemilik perusahaan kelas kakap Artha Graha Group atau Arta Graha Network (AG). AG yang dimiliki TW hingga kini sudah membawahi JIHD, ADm dan 19 perusahaan lainnya yang bergerak di banyak sektor. (Zs/Dtk.F)
Discussion about this post