Menurut dia, sejak Jokowi menjadi presiden pada tahun 2014, yang terjadi di Indonesia bukan kemandirian yang makin kuat, karena Jokowi hanya lipstik.
“Dia pidato; “Mari tingkatkan kemandirian, kedaulatan pangan, tidak akan impor, akan kurangi ini itu, (tapi) itu hanya topeng lipstik. Dalam praktiknya, dia menunjuk menteri-menteri yang semangat malingnya lebih gede dibanding semangat pengabdiannya. Menteri Perdagangan kerjanya impor, impor. Sistem kuota bawang putih saja untungnya Rp7 triliun. Jadi, kalau Rp1 triliun dibagi-bagi dari menteri ke bawah, kecil gitu. Gula untungnya Rp30 triliun. Sumber yang paling mudah adalah sistem kuota impor. Nah, dia selalu pilih Menteri Perdagangan yang doyannya impor,” beber RR.
Ia menegaskan bahwa selama delapan tahun Jokowi memimpin Indonesia, yang terjadi bukan peningkatan kemandirian atau kekuatan ekonomi domestik, melainkan kemunduran akibat makin ketergantungan pada impor energi, pangan dan lain-lain.
RR menyebut bahwa setiap tahun Indonesia mengimpor 1,3 juta barel minyak bumi. Makanan dan lain-lain juga diimpor, dan Indonesia mengalami ketergantungan terhadap utang.