Sebelumnya diberitakan Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) menjelaskan bahwa fenomena ini terjadi akibat curah hujan yang tinggi di Arab Saudi sejak Desember 2022 lalu.
“Itu fenomena yang wajar. Mengingat intensitas hujan di Arab Saudi belakangan cukup tinggi,” kata Pengurus LPBINU M Ali Yusuf, dikutip dari NU Online beberapa waktu lalu Menurut Ali, curah hujan yang tinggi di akhir 2022 dibanding tahun-tahun sebelumnya, diiringi ketidakstabilan atmosfer yang berulang, bertepatan dengan perluasan depresi Laut Merah dan aliran arus udara lembab di lapisan bangunan atmosfer membuat wajah pegunungan dan wilayah gurun yang awalnya panas menjadi lembab. (Ach/Vv)