Namun demikian, di luar prediksi positif untuk perekonomian Asia secara keseluruhan, ekonomi Sri Lanka dan Bangladesh tetap redup. Sri Lanka masih mengalami krisis ekonomi yang parah, sementara perekonomian Bangladesh yang dipengaruhi secara masif oleh perang di Ukraina dan harga-harga komoditas yang tinggi, telah memperlambat pemulihan perekonomiannya.
“Negara-negara dengan utang yang besar seperti Maldives, Laos, Papua New Guinea, serta negara lainnya yang menghadapi risiko refinancing seperti Mongolia, juga menghadapi tantangan-tantangan ketika gelombang pasang tiba,” tulis IMF.
Sedangkan untuk Tiongkok, Tiongkok mungkin mengalami pemulihan tahun ini dan bisa mencatatkan pertumbuhan 3,2% di 2022, sebelum berakselerasi ke 4,4% di 2023, bila terjadi pelonggaran kebijakan Zero Covid secara bertahap di negara tersebut.(Ach/Ibn)