KNews.id – Yogyakarta, Sekretaris Perusahaan PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) Syafruddin menyampaikan bahwa pihaknya mendukung pengembangan UMKM melalui penjaminan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan total plafon mencapai Rp 124 triliun pada 2024.
Ia menuturkan bahwa kolateral (collateral) merupakan kriteria yang paling sulit dipenuhi oleh UMKM saat mengajukan kredit, dibandingkan empat kriteria lainnya. Empat kriteria tersebut yakni kapasitas rasio utang terhadap pendapatan (capacity), riwayat utang (character), persyaratan bunga dan jumlah pinjaman (condition), serta modal (capital).
“Jadi Askrindo yang menjamin UMKM ini biar banknya mau mengucurkan kreditnya. Jadi, tanpa kolateral, bank ini tidak mau memberikan bantuan teknis, sehingga Askrindo menjadi pengganti kolateral, sehingga menjadi layak diberikan bantuan teknis,” jelasnya.
Syafruddin menyatakan bahwa penyaluran KUR serta dukungan Askrindo sebagai kolateral menunjukkan komitmen pemerintah untuk memperkuat UMKM dan menciptakan lapangan kerja yang berkualitas, sebagaimana salah satu visi pemerintah yang terkandung dalam Asta Cita Nomor 3.
Ia pun berharap upaya Askrindo tersebut dapat membantu UMKM naik kelas dengan memperluas outlet dan lini penjualan mereka.
“Askrindo bangga bisa menjamin UMKM. Kami harap kami bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemudian mendukung juga program pemerintah,” ujarnya.
Salah satu UMKM di Kampung Bakpia Pathok Yogyakarta Kluster Sentra Bakpia Pathok Kelompok Sumekar, yakni Bakpia Pathok 52, merupakan penerima KUR serta peserta penjaminan kredit Askrindo.
Syafruddin menyatakan bahwa penyaluran KUR serta dukungan Askrindo sebagai kolateral menunjukkan komitmen pemerintah untuk memperkuat UMKM
Salah satu pengelola Bakpia Pathok 52 Friska Surya menuturkan bahwa usahanya lebih stabil dan terus merangkap naik walaupun “hanya” berjualan dari pabrik rumahan.
“Alhamdulilah usaha kami telah bertahan selama 3 generasi. Berasal dari nomor rumah 522, lahirlah Bakpia 52 supaya lebih mudah diingat. Kami juga memiliki sekitar 50 pegawai dan produksi bakpia kami mencapai ribuan box dalam sebulan,” ujar Friska.
Senada dengan Bakpia 52, Blangkon Creative milik Tekattono ini mempunyai konsep usaha yang cukup unik yakni penyewaan busana tradisional dan jasa foto berkonsep.
“Ide kreatif muncul karena melihat potensi yang lebih besar dan disitu ada kesempatan saya masuk dan sekarang alhamdulilah usaha saya bisa dibilang menjadi pelopor usaha usaha serupa di Yogyakarta,” jelasnya.
Tekattono menambahkan dalam sebulan, lebih dari 3.000 pengunjung datang dan jumlah ini terus meningkat, terutama saat hari libur.
Blangkon Creative Malioboro bukan sekadar tempat penyewaan busana dan jasa foto. Tempat ini telah menjadi ikon wisata budaya, diakui oleh Dinas Kebudayaan dengan Nomor Induk Kebudayaan resmi.
(FHD/Ask)