Oleh : Ustadz Fariq Gasim Anuz
KNews.id- Seorang teman menceritakan pengalaman pribadinya, ‘Ayahku telah wafat. Sebelum wafatnya beliau memberi hibah untuk ibu kami, dan masing-masing anaknya sebuah apartemen di kota Thaif, Saudi Arabia. Ibu dan kami kakak beradik tinggal di kota Jeddah. Ibu tinggal di rumah sendiri berdampingan dengan rumahku. Kami mengunjungi apartemen di Thaif saat berlibur bersama keluarga masing-masing.
Setiap kali saya dan anak istri berlibur ke Thaif, kami merasa terganggu dengan sikap kakakku. Beliau selalu melakukan tindakan agar kami tidak betah tinggal di apartemen kami. Terkadang menghalangi pintu masuk apartemenku dengan lemari atau sikap lainnya. Padahal kakakku sudah memiliki apartemen sendiri.
Setelah saya analisa sikapnya tersebut, sepertinya kakakku menginginkan memiliki apartemenku. Saya mencari solusi untuk menyikapi gangguannya tersebut.
Saya teringat dengan firman Allah,
وَلَا تَسْتَوِى ٱلْحَسَنَةُ وَلَا ٱلسَّيِّئَةُ ۚ ٱدْفَعْ بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِى بَيْنَكَ وَبَيْنَهُۥ عَدَٰوَةٌ كَأَنَّهُۥ وَلِىٌّ حَميمٌ
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.”
(Surat Fushshilat 34).
Saya juga membaca firman Allah tentang sifat-sifat orang-orang yang berakal,
وَالَّذِينَ صَبَرُوا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلانِيَةً وَيَدْرَءُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُولَئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ (22) جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَالْمَلائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ (23) سَلامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ (24).
“Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhan mereka, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan, orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya, dan anak cucunya, sedangkan malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan), “Keselamatan terlimpahkan kepada kalian berkat kesabaran kalian.” Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.”
(Surat Ar Ra’du 22-24).
Saya harus bisa mengamalkan ayat tersebut dalam rangka mengharap ridha Allah dan sebagai baktiku kepada kedua orang tuaku. Kedua orang tuaku pasti mengharapkan anak-anak mereka hidup rukun dan damai serta tidak bermusuhan. Saya ingin menjadi anak yang setia kepada ayahku yang telah wafat, semoga Allah merahmatinya.
Tapi saya belum ikhlas untuk menghadiahkan rumahku kepada kakakku. Saya berusaha untuk menata dan memantapkan hati untuk mempraktekkan firman Allah dalam hal membalas keburukan dengan kebaikan.
Datanglah bulan Ramadhan yang penuh berkah, rahmah dan maghfirah. Di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan saya ingin mendapatkan malam lailatul qadar. Saya berharap Allah mengampuni dosa-dosaku, meninggikan derajatku. Saya harus bisa melawan hawa nafsuku yang selalu mengajakku untuk memutuskan tali silaturahim dan perbuatan buruk lainnya.
Akhirnya saya telp kakakku. Setelah mengucapkan salam dan menanyakan kabarnya, saya menyampaikan bahwa rumahku di Thaif telah kujual. Kakakku marah besar dan berkata dengan keras dan pedas mengutukku. Saya dengan tenang menimpali agar jangan marah dulu. “Saya menjual rumahku di Thaif kepada Allah. Saya hadiahkan rumahku untukmu wahai kakakku.”
Kakakku terharu dan gembira. Beliau mendoakanku dan berterima kasih kepadaku.
“Begitulah kisahnya yang saya susun dengan penambahan redaksi”.
Semoga kisah di atas menjadi inspirasi bagi kita untuk bersegera berbuat kebaikan, khususnya di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan ini.
اَللّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِعْلَ الخَيْرَاتِ وَتَرْكَ المُنْكَرَاتِ وَحُبَّ المَسَاكِيْنَ وَأَنْ تَغْفِرَ لِي وَتَرْحَمَنِي وَإِذَا أَرَدْتَ فِتْنَةَ قَوْمٍ فَتَوَفَّنِي غَيْرَ مَفْتُوْنٍ وَأَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُني إِلَى حُبِّكَ.
“Ya Allah, aku memohon taufik-Mu untuk dapat berbuat kebaikan-kebaikan dan meninggalkan kemungkaran-kemungkaran, untuk dapat mencintai orang-orang miskin, ampunilah (dosa-dosa)ku, rahmatilah diriku, jika Engkau menginginkan untuk menguji suatu kaum maka wafatkanlah diriku dalam keadaan tidak terfitnah. Aku memohon agar dapat mencintai-Mu, mencintai orang-orang yang mencintai-Mu dan mencintai amal yang dapat mendekatkan diriku kepada cinta-Mu.”
اَللّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ وَجَنِّبْنَا الفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُلُوْبِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ وَاجْعَلْنَا شَاكِرِيْنَ لِنِعَمِكَ مُثْنِيْنَ بِهَا عَلَيْكَ قَابِلِيْنَ لَهَا وَأَتْمِمْهَا عَلَيْنَا.
“Ya Allah, lembutkanlah di antara hati-hati kami, perbaikilah hubungan di antara kami, berilah untuk kami petunjuk kepada jalan-jalan keselamatan, selamatkanlah kami dari segala kegelapan (kebatilan) kepada cahaya (kebenaran), jauhkanlah kami dari segala perbuatan keji baik yang nampak maupun yang tersembunyi, berkahilah kami dalam pendengaran kami, penglihatan kami, hati-hati kami, pasangan kami, dan anak keturunan kami. Berilah ampunan kepada kami sesungguhnya Engkau Mahapengampun lagi Mahapenyayang. Jadikanlah kami sebagai orang-orang yang bersyukur atas nikmat-nikmat-Mu, memuji-Mu dan menerima atas nikmat-nikmat tersebut dan sempurnakanlah nikmat-nikmat tersebut untuk kami.”
Allahumma aamiin…(Ikh)
