spot_img
Sabtu, April 20, 2024
spot_img

Sejarah Berdirinya HMI

KNews- Himpunan Mahasiswa Islam atau HMI diprakarsai tokoh Muhammadiyah, Prof Lafran Pane.
Lafran Pane pantang menyerah dalam mewujudkan gagasan-gagasan baik untuk kepentingan bersama. Sepanjang tahun 1946, dia terdorong ide membentuk Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Hal ini tidak mudah karena masih ada beberapa unsur dari Persyarikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) dan Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) yang belum bersedia memahaminya.

- Advertisement -

Setelah melalui pelbagai upaya yang tidak mudah, pada awal 1947 momentum bagi Lafran Pane tiba. Buku Lafran Pane: Jejak dan Pemikirannya (2010) karya Hariqo Wibawa Satria menjelaskan detik-detik kelahiran HMI.

Saat itu, kuliah Tafsir yang diampu Hussein Yahya akan berlangsung. Lafran Pane memerhatikan bahwa beberapa rekannya yang masih berseberangan pandangan kebetulan tidak hadir. Karena itu, dia meminta izin kepada sang dosen agar diberikan waktu setelah kuliah untuk berbicara di depan kelas. Hussein Yahya mengizinkannya tanpa tahu apa pokok persoalan yang hendak disampaikan.

- Advertisement -

Saat itu pukul 16.00 WIB tanggal 5 Februari 1947 di STI, Jalan Setyodiningratan, Yogyakarta. Lafran Pane memimpin rapat yang dihadiri sejumlah rekan-rekannya sesama mahasiswa.

Seperti dikutip dalam buku Satria (2010), dia mengatakan, “Hari ini adalah rapat pembentukan organisasi Islam. Karena semua persiapan dan perlengkapan sudah beres, siapa yang mau menerima berdirinya organisasi mahasiswa Islam ini, itu sajalah yang diajak, dan yang tidak setuju biarkanlah mereka terus menentang. Toh tanpa mereka, organisasi ini akan bisa berjalan.”

- Advertisement -

Tampak Lafran Pane bersikap tegas tetapi tetap terbuka di dalam pendiriannya. Hussein Yahya yang hadir dalam kesempatan itu diberikan waktu berbicara tetapi menolaknya. Sebab, sang dosen merasa tidak ingin mencampuri apa-apa yang merupakan urusan mahasiswa.

Selanjutnya, Lafran Pane mengadakan sesi tanya jawab dengan para mahasiswa peserta rapat. Secara keseluruhan, mereka menyepakati terbentuknya organisasi ini, yang bernama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Ada dua tujuan HMI yang dirumuskan Lafran Pane. Pertama, mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia. Kedua, menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam.

Pada poin ini, tampak bahwa dia berupaya menyelaraskan polarisasi antara nasionalisme (sekular) dan Islam. Dengan perkataan lain, Lafran memandang tidak perlu memperhadapkan secara diametral antara cita-cita kebangsaan dan keislaman.

Lafran memandang tidak perlu memperhadapkan secara diametral antara cita-cita kebangsaan dan keislaman.

Adapun susunan kepengurusan organisasi yang baru lahir itu adalah: (1) Lafran Pane selaku ketua; (2) Asmin Nasution selaku wakil ketua; (3) Anton Timur Djaelani selaku sekretaris pertama; (4) Karnoto selaku sekretaris kedua; (5) Dahlan Hussein selaku bendahara pertama; (6) Maisaroh Hilal selaku bendahara kedua; (7) Suwali, Jusdi Ghozali, dan Mansyur selaku anggota.

Beberapa waktu kemudian, harian Kedaulatan Rakyat pada 28 Februari 1947 menampilkan berita tentang pendirian Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang akan menjadi anggota Kongres Mahasiswa Indonesia. Sekretariat HMI disebutkan beralamat di Asrama Mahasiswa, Setyodiningratan 5, Yogyakarta.

Sekitar enam bulan setelah HMI berdiri, susunan kepengurusan berubah. Ketua HMI dijabat MS Mintaredja, sedangkan Lafran Pane menjadi wakil ketua. Hal ini terjadi setelah Lafran Pane berdiskusi dengan Muhammad Syafaat (MS) Mintaredja setelah usai Idul Fitri tahun itu. Keduanya sudah saling kenal sejak penyelenggaraan Kongres Perhimpunan Pelajar Mahasiswa Indonesia (PPMI) di Malang, Jawa Timur, pada Maret 1947.

Saat itu, MS Mintaredja merupakan tokoh mahasiswa Fakultas Hukum BPT Gadjah Mada (kini UGM). Ada maksud implisit bahwa Lafran Pane ingin merangkul segenap mahasiswa Muslim di luar STI Yogyakarta.

Lafran Pane ingin merangkul segenap mahasiswa Muslim di luar STI Yogyakarta.

Hingga medio tahun 1947, HMI sudah memiliki cabang di Yogyakarta, Solo, Klaten, dan Malang. Pada 30 November 1947, HMI menggelar kongres pertama di Yogyakarta. Jumlah pesertanya mencapai 100 orang. Salah satu agendanya adalah pemilihan unsur-unsur Pengurus Besar HMI. Hasilnya, MS Mintaredja didaulat menjadi ketua umum PB HMI periode 1947-1948.

Sementara itu, Lafran Pane terpilih selaku sekretaris PB HMI dan merangkap ketua HMI Cabang Yogyakarta. Hariqo Wibawa Satria mengistilahkan momentum ini sebagai fase pengokohan internal HMI agar berkelanjutan untuk masa-masa berikutnya. Terbukti, organisasi ini telah bertahan 76 tahun lamanya sampai saat ini.

Bertepatan dengan momen Hari Pahlawan, pada 2017 Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan gelar pahlawan nasional kepada Prof Lafran Pane. Pemberian anugerah tersebut memang tepat adanya. Pendiri HMI itu telah berjasa besar kepada negara dan bangsa Indonesia.

Yudi Latif dalam buku Geneologi Intelegensia Muslim Indonesia Abad ke-20 memaparkan, pendiri HMI itu merupakan generasi ketiga kaum intelektual Muslim Tanah Air. Tokoh ini mengemuka pascagenerasi pertama (terdiri atas HOS Tjokroaminoto, Haji Agus Salim, dan kawan-kawan), generasi kedua (Mohammad Natsir, M Roem, dan Kasman Singodimedjo), generasi keempat (Nurcholish Madjid, Imaduddin Abdurrahim, dan Djohan Efendi). (RZ/RPL)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini