KNews.id – Tel Aviv, Perbandingan antara kekuatan militer Tunisia dan Israel menggambarkan dua dunia yang sangat berbeda dalam hal kapasitas pertahanan, strategi geopolitik, dan tingkat modernisasi militer.
Tunisia, negara Afrika Utara dengan kebijakan luar negeri yang relatif moderat dan fokus pada stabilitas domestik, memiliki angkatan bersenjata dengan peran utama menjaga keamanan internal dan perbatasan.
Sebaliknya, Israel adalah kekuatan militer dominan di Timur Tengah dengan tingkat kesiapan tempur yang tinggi, industri pertahanan maju, serta dukungan teknologi dan intelijen yang melampaui banyak negara lain.
Berikut ini perbandingan kedua negara berdasarkan kekuatan personel, alutsista darat, laut, dan udara, dukungan teknologi, industri militer, anggaran pertahanan, serta posisi geopolitik dan pengalaman tempur.
1. Jumlah Personel dan Struktur
Militer Tunisia memiliki angkatan bersenjata yang relatif kecil, dengan sekitar 36.000 personel aktif dan 12.000 cadangan, menurut data Global Firepower 2025. Militer Tunisia terdiri dari tiga cabang utama: Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.
Fokus utamanya adalah menjaga stabilitas internal, melawan terorisme di wilayah pegunungan barat, serta mengamankan perbatasan dengan Libya dan Aljazair.
Sebaliknya, Israel memiliki 169.000 personel aktif dan lebih dari 465.000 pasukan cadangan yang terlatih, menjadikannya salah satu kekuatan militer terbesar dan paling siap tempur di kawasan. Struktur militernya sangat efisien, terintegrasi dengan sistem pertahanan nasional, dan mampu dimobilisasi dalam hitungan jam.
Israel menerapkan wajib militer bagi laki-laki dan perempuan, sehingga cadangan militernya sangat kuat. Tunisia, di sisi lain, tidak memiliki sistem wajib militer aktif; rekrutmen bersifat sukarela. Perbedaan sistem ini membuat Israel jauh lebih unggul dalam kesiapan mobilisasi nasional jika terjadi konflik besar.
2. Kekuatan Angkatan Darat
Kekuatan darat Tunisia terbatas, dengan sekitar 100 unit tank tempur utama, sebagian besar adalah versi lama seperti M60 Patton buatan Amerika Serikat dan beberapa kendaraan lapis baja AMX-13 asal Prancis.
Tunisia juga memiliki sejumlah kendaraan pengangkut personel lapis baja dan artileri ringan, yang lebih cocok untuk operasi kontra-terorisme ketimbang perang konvensional. Sementara itu, Angkatan Darat Israel merupakan salah satu yang paling kuat di dunia.
Dengan lebih dari 1.600 tank tempur utama, terutama Merkava Mk.4, yang dirancang dan diproduksi secara lokal, Israel memiliki keunggulan absolut dalam perang darat. Selain itu, pasukan darat Israel dilengkapi dengan kendaraan lapis baja Namer dan Eitan, sistem artileri otomatis, serta unit rudal antitank Spike yang terkenal efektif.
Dukungan intelijen, komunikasi, dan drone pengintai juga memberi Israel keunggulan taktis di setiap operasi darat. Dalam konteks strategi, Tunisia mengandalkan mobilitas ringan dan operasi skala kecil, sedangkan Israel menerapkan doktrin “Blitzkrieg Modern” – serangan cepat, presisi, dan mematikan yang didukung kekuatan udara.
3. Kekuatan Angkatan Udara Angkatan Udara
Tunisia memiliki kekuatan yang sangat terbatas dengan sekitar 40 pesawat tempur aktif, termasuk F-5 Tiger II dan sejumlah helikopter Bell dan Black Hawk. Armada ini terutama digunakan untuk patroli udara, dukungan logistik, dan operasi kontra-terorisme.
Modernisasi angkatan udara Tunisia berjalan lambat karena keterbatasan anggaran dan prioritas pemerintah yang lebih fokus pada sektor sipil. Sebaliknya, Angkatan Udara Israel adalah tulang punggung kekuatannya.
Dengan lebih dari 600 pesawat tempur aktif, termasuk F-15 Eagle, F-16 Fighting Falcon, dan F-35I Adir (varian khusus F-35 buatan Amerika yang dimodifikasi oleh Israel), negara ini memiliki keunggulan udara mutlak di Timur Tengah.
Israel juga dikenal memiliki sistem drone pengintai dan tempur yang canggih seperti Heron, Hermes 900, dan Harop loitering munition.
Selain itu, Israel mengembangkan kemampuan perang elektronik (Electronic Warfare) dan sistem anti-jamming yang mampu melumpuhkan komunikasi musuh. Tunisia sejauh ini belum memiliki sistem sebanding dan sangat bergantung pada dukungan asing untuk pemeliharaan serta pelatihan pilot.
4. Kekuatan Angkatan Laut
Tunisia memiliki garis pantai panjang di Laut Mediterania dan mengoperasikan sekitar 25 kapal angkatan laut, termasuk kapal patroli, korvet kecil, dan kapal penyapu ranjau.
Fungsi utamanya adalah menjaga perairan nasional dari penyelundupan, migrasi ilegal, dan ancaman teror laut. Kapal-kapalnya sebagian besar berasal dari Prancis dan Italia dengan sistem senjata ringan. Israel, walau memiliki garis pantai yang relatif kecil, memiliki Angkatan Laut modern dengan sekitar 70 kapal, termasuk korvet kelas Sa’ar 5 dan Sa’ar 6, serta kapal selam kelas Dolphin yang dilengkapi rudal jelajah dengan kemampuan nuklir.
Kapal selam ini menjadi bagian penting dari doktrin “second-strike capability” Israel – kemampuan meluncurkan serangan balasan nuklir jika serangan pertama menghancurkan daratannya.
Ini menunjukkan perbedaan besar: Tunisia tidak memiliki senjata strategis, sedangkan Israel sudah mengintegrasikan unsur deterensi nuklir ke dalam doktrin militernya.
5. Industri Pertahanan dan Teknologi
Israel merupakan salah satu dari sedikit negara di dunia yang memiliki industri pertahanan mandiri dan ekspansif. Perusahaan seperti Rafael Advanced Defense Systems, Israel Aerospace Industries (IAI), dan Elbit Systems memproduksi berbagai sistem senjata canggih, mulai dari drone, rudal, tank, hingga sistem pertahanan udara.
Israel juga merupakan eksportir besar senjata ke negara-negara seperti India, Singapura, dan Eropa Timur. Tunisia, sebaliknya, tidak memiliki industri pertahanan besar. Negara ini bergantung pada impor senjata dari AS, Prancis, dan Italia.
Program modernisasi pertahanan Tunisia masih terbatas pada pembelian perlengkapan logistik dan komunikasi. Dalam hal penelitian dan pengembangan militer, Tunisia tidak memiliki fasilitas setara dengan Israel yang dikenal unggul dalam bidang teknologi militer, termasuk kecerdasan buatan, siber, dan sistem navigasi presisi tinggi.
6. Sistem Pertahanan Udara dan Rudal
Israel memiliki salah satu sistem pertahanan udara paling maju di dunia, terdiri dari Iron Dome, David’s Sling, dan Arrow-3, yang mampu menembak jatuh rudal jarak pendek hingga antar-benua. Iron Dome terbukti sangat efektif dalam melindungi wilayah Israel dari ribuan roket yang diluncurkan dari Gaza.
Sistem ini sepenuhnya dikembangkan di dalam negeri dengan bantuan teknologi dari AS. Tunisia tidak memiliki sistem pertahanan udara sebanding. Perlindungan udaranya hanya mengandalkan rudal pertahanan jarak pendek dan senjata artileri anti-pesawat lama, seperti ZSU-23-4 dan rudal Strela. Dalam konflik udara, Tunisia praktis tidak memiliki kemampuan pertahanan yang efektif terhadap serangan udara modern.
7. Anggaran Pertahanan dan Dukungan Luar Negeri
Anggaran pertahanan Tunisia pada tahun 2024 sekitar USD1,1 miliar, atau sekitar 1,4% dari PDB. Sebagian besar dana digunakan untuk gaji personel dan pemeliharaan peralatan.
Sementara itu, Israel memiliki anggaran pertahanan mencapai USD23,6 miliar, atau lebih dari 5% dari PDB, menjadikannya salah satu negara dengan proporsi belanja militer tertinggi di dunia. Selain itu, Israel menerima bantuan militer tahunan sekitar USD3,8 miliar dari Amerika Serikat, terutama untuk pembelian dan pengembangan sistem persenjataan baru.
Tunisia, di sisi lain, tidak memiliki sekutu militer kuat dengan tingkat bantuan serupa. Negara ini lebih mengandalkan kerjasama pelatihan dan keamanan dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat dalam konteks pemberantasan terorisme.
8. Pengalaman Tempur dan Strategi
Israel memiliki pengalaman tempur yang sangat luas sejak berdirinya tahun 1948. Militer Israel terlibat dalam berbagai perang besar – seperti Perang Enam Hari (1967), Perang Yom Kippur (1973), dan berbagai operasi di Lebanon dan Gaza.
Pengalaman tersebut membuat pasukan Israel teruji dalam pertempuran konvensional dan gerilya, dengan kemampuan adaptasi tinggi. Tunisia, sebaliknya, tidak pernah terlibat dalam perang besar modern. Operasi militernya terutama berfokus pada pemberantasan kelompok teror seperti ISIS dan Al-Qaeda di wilayah perbatasan.
Meskipun tentara Tunisia dikenal disiplin dan memiliki reputasi profesional, keterbatasan pengalaman tempur dalam konflik besar membuatnya sulit dibandingkan dengan Israel yang hampir selalu berada dalam situasi kesiapan tempur tinggi.
9. Kekuatan Intelijen dan Siber
Keunggulan strategis Israel juga terletak pada intelijen dan kemampuan sibernya. Lembaga seperti Mossad, Shin Bet, dan Unit 8200 dikenal di seluruh dunia karena efektivitas operasi mereka dalam pengumpulan informasi, kontra-terorisme, dan perang siber.
Unit 8200 khususnya menjadi pusat pengembangan teknologi siber dan kecerdasan buatan yang juga dimanfaatkan dalam industri sipil. Tunisia memiliki badan intelijen nasional, namun skalanya jauh lebih kecil dan berfokus pada keamanan internal. Dalam hal perang siber, kemampuan Tunisia masih terbatas pada perlindungan infrastruktur dasar dan belum mencapai kemampuan ofensif atau pertahanan tingkat tinggi seperti Israel.
10. Posisi Geopolitik dan Doktrin Militer
Tunisia memiliki posisi geografis yang relatif aman, berbatasan dengan negara-negara yang stabil seperti Aljazair dan Libya (meski sempat bergolak). Karena tidak memiliki musuh langsung, Tunisia menekankan doktrin defensif dan stabilitas domestik.
Sebaliknya, Israel dikelilingi oleh negara-negara yang pernah menjadi musuh historis, seperti Lebanon, Suriah, dan Iran sebagai lawan ideologis utama. Situasi ini mendorong Israel untuk membangun doktrin ofensif-preventif: menyerang terlebih dahulu jika ancaman terdeteksi.
Perbedaan ini sangat mendasar: militer Tunisia adalah alat stabilitas nasional, sementara militer Israel adalah alat eksistensi negara. Secara keseluruhan, perbandingan kekuatan militer Tunisia dan Israel menunjukkan kesenjangan yang sangat besar.
Israel unggul dalam hampir semua aspek: jumlah personel terlatih, alutsista modern, kekuatan udara, teknologi militer, dan pengalaman tempur. Keunggulan sistem pertahanan udara dan intelijen membuat Israel menjadi kekuatan regional yang sulit ditandingi, bahkan oleh negara-negara besar sekalipun.
Tunisia, di sisi lain, memiliki militer yang disiplin, stabil, dan efektif dalam menghadapi ancaman internal. Namun, dalam konteks peperangan konvensional modern, kapasitas Tunisia sangat terbatas.
Strategi pertahanannya lebih diarahkan pada keamanan wilayah dan bukan ekspansi atau dominasi regional. Jika kedua negara ini dibandingkan secara hipotetis dalam konflik langsung (meski tidak realistis karena tidak memiliki konflik politik), Israel akan unggul mutlak dalam waktu singkat karena superioritas teknologi dan sistem komando yang matang.
Tunisia tetap menjadi contoh negara dengan orientasi damai dan defensif, sedangkan Israel menegaskan posisinya sebagai salah satu kekuatan militer paling tangguh di dunia modern.



