KNews.id – JAKARTA- Pengamat politik Adi Prayitno memprediksi Pilkada Jakarta 2024 tidak akan berlangsung satu putaran. Menurut Adi, pendukung tiga paslon masih bisa berganti pilihan jelang Pilkada Jakarta 2024. Tiga paslon yang bertarung di Pilkada Jakarta yakni Ridwan Kamil-Suswono, Dharma Pongrekun-Kun Wardana Abyoto dan Pramono Anung-Rano Karno.
Hasil survei simulasi paslon versi Poltracking Indonesia menempatkan Ridwan Kamil (RK)-Suswono unggul dengan angka elektabilitas 47,5 persen. Sedangkan Pramono-Rano elektabilitasnya 31,5 persen dan Dharma-Kun 5,1 persen. Yang belum menentukan jawaban sebanyak 15,9 persen.
“50 persen plus satu dinamika politik per hari ini sulit diwujudkan. Satu kuncinya keajaiban membuat pilkada terjadi satu putaran 50 persen plus 1 dari suara pemilih sah,” kata Adi.
Adi mengaku dirinya sulit membayangkan Pilkada Jakarta 2024 berlangsung satu putaran. Hal itu mengacu pada data survei per hari ini. Dimana, elektabilitas Ridwan Kamil pada survei terdahulu mencapai 51 persen. Kini turun menjadi 47 persen.
Sementara, penantang terdekat yakni Pramono Anung sudah mendapat suara cukup bagus. “Dalam kurung waktu cukup singkat Ridwan Kamil 51 persen berubah 47 persen itu ga main-main migrasi politik di bawah,” kata Adi Prayitno.
Ia mengungkapkan dinamika politik dalam dua bulan ke depan akan menjadi penentu Pilkada Jakarta berlangsung satu putaran atau tidak. Namun, Adi Prayitno meyinggung sejarah politik di Pilkada Jakarta.
“Rasanya menang satu putaran ada tiga pasangan agak sulit. Sekelas Ahok dia gubernur petahana, approval rating tinggi. Dia justru ikut pilkada dua putaran, putaran kedua kalah Anies. Terlepas isu agama dan 212, Ahok gagal paksakan satu putaran,” katanya.
Selain itu, Adi Prayitno juga menuturkan ceruk pemilih yang belum memberikan pilihannya cukup seksi yakni 15,9 persen. Menurut Adi, terdapat faktor yang membuat undecided voters di Pilkada Jakarta 2024 masih tinggi.
Pertama yakni mereka masih bingung karena diantara tiga calon belum ada yang berbeda secara signifikan. “Belum ada yang meyakinkan yang 15 persen ini untuk datang ke TPS,” katanya. Lalu ada pula faktor ketidaktahuan tentang visi misi pasangan calon. Terakhir yakni faktor popularitas.
“Saya yakin diantara yang 15 persen ini masih ada yang belum kenal para kandidat terutama yang popularitasnya cukup rendah,” katanya. “Dalam konteks itulah ada rentang dua bulan yang masih bisa dimaksimalkan supaya para kandidat ini mendapatkan simpati dukungan undecided voters,” sambungnya.
Namun, Adi Prayitno menuturkan undecided voters tidak akan disapu bersih oleh salah satu paslon. “Dalam teori politik apapun paling mungkin dibelah jadi tiga,” katanya. Adi mengatakan ketiga paslon harus berkampanye yang disukai warga Jakarta. Kampanye tersebut yakni door to door langsung menyapa masyarakat. Kemudian paslon memberikan solusi terhadap kesulitan warga Jakarta. Terakhir, paslon melakukan kontrak politik dengan masyarakat.
“Pendukung Ridwan Kamil, Pramono Anung atau Dharma Pongrekun tidak 100 persen iman politik enggak bergoyang. Kemungkinan mengubah politik mereka,” imbuhnya. Sedangkan Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda mengungkapkan jarak antara Ridwan Kamil dengan Pramono Anung tidak terlalu jauh.
Hanta Yuda pun memberikan analisanya mengenai perubahan elektabilitas paslon di Pilkada Jakarta 2024. “Kalau tren Ridwan Kamil elektabilitasnya naik Pramono Anung juga naik barangkali Ridwan Kamil yang akan unggul. Tapi kalau kemudian terkoreksi Ridwan Kamil misalnya turun 8 persen saja sementara Pramono Anun naik 8 persen itu akan potensi cross cukup kuat,” kata Hanta.
“Jadi data ini menunjukkan Ridwan Kamil belum aman masih mungkin akan kompetitif,” kata Adi. Adi mengingatkan karakter politik Jakarta paling cepat pergerakannya. Ia mencotohkan pada Pilkada Jakarta 2017.
Dimana Anies Baswedan selalu menempati posisi ketiga dalam berbagai survei. Namun pada akhirnya, elektabilitas Anies merangkak naik bahkan melampaui Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di posisi kedua. Anies Baswedan lalu bertarung melawan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok pada putaran kedua Pilkada Jakarta 2017. Anies lalu memenangkan pertarungan di Jakarta.
“Ini menunjukkan karakter Jakarta dinamikanya cukup kencang masih sangat mungkin berubah,” katanya. Terlebih, kata Hanta, undecided voters masih tinggi pada posisi 14,9 persen. Kemudian swing voters sekitar 42 persen, dimana pemilih masih mungkin merubah pilihannya.
“Saya ingin mengatakan bahwa ada peluang bagi Pramono untuk mendekati perolehan suaranya mengimbangi Ridwan Kamil,” katanya.