spot_img
Jumat, April 19, 2024
spot_img

PDIP yang Kita Harapkan

Oleh: Leitstar Bimasakti

KNews.id- Sebagai Sukarnois kultural (ayah GSNI dan ibu penari LKN tahun 1960-an dari Pulau Dewata), ada sebagian diri saya yang berharap trah Sukarno tetap berlanjut di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Tetapi setelah saya renungkan, seandainya Bung Karno masih hidup saat ini mungkin dia tidak ingin melihat cucu-cucunya yang meneruskan tongkat komando partai.

- Advertisement -

Sangat mungkin, Bung Karno berharap PDIP kali ini dipimpin oleh putra/putri Papua (Irian Jaya istilah Bung Karno dulu). Buka sembarangan. Dengan menempatkan putra/putri Papua sebagai Ketua Umum PDIP, Megawati akan membantu Negara menyelesaikan separuh masalah yang menyebabkan separatisme Papua Merdeka. Yaitu masalah partisipasi politik dan keadilan. Separuh masalahnya lagi adalah ketimpangan ekonomi dan korupsi.

Dengan naiknya putra Papua di pucuk pimpinan PDIP, ini seperti memberi signal kepada publik di dalam dan luar negeri bahwa PDIP adalah partai yang benar-benar nasionalis. Bukan lagi dituduh partai yang kesukuan. Tidak harus suku terbesar terus yang memimpin PDIP, suku yang selalu dituduh menjajah Bumi Cendrawasih. Tapi sudah saatnya putera dari daerah yang selama ini terpinggirkan (sehingga membuat sebagian warganya ingin merdeka dari Indonesia), memimpin partai politik yang terbesar di Indonesia.

- Advertisement -

Bonusnya adalah?

Siapa tahu dengan Ketua Umum PDIP nanti orang Papua, posisi Indonesia terhadap Freeport dapat lebih tegas. Seperti era Bung Karno dahulu, yang sangat tegas pada modal asing yang merusak lingkungan dan selalu ingkar janji (Wanprestasi) kepada Indonesia.

- Advertisement -

Siapa tahu dengan Ketua Umum PDIP nanti orang Papua, Reforma Agraria tidak lagi berjalan setengah hati seperti saat ini. Ketika UUPA 1960 yang dibuat masa Bung Karno, diterapkan secara utuh.

Siapa tahu dengan Ketua Umum PDIP nanti orang Papua, Indonesia dapat segera menjadi negara “sosio-demokrasi” yang sejahtera (welfare state) seperti dicita-citakan Bung Karno, Bung Hatta, dan para pendiri Bangsa lainnya. Pendapatan perkapita tinggi, koofisien Gini rendah, indeks pembangunan manusia tinggi, dan tentu saja: indeks kebahagiaan juga harus tinggi.

Siapa tahu dengan Ketua Umum PDIP nanti orang Papua, ketimpangan Indonesia Barat dan Indonesia Timur lebih cepat teratasi. Ekonomi Indonesia Timur hidup, masyarakatnya sejahtera, lapangan kerja banyak, sehingga menarik tenaga kerja dari Indonesia Barat (Jawa dan Sumatera). Indonesia Sentris, bukannya Jawa Sentris, akan terwujud.

Siapa tahu dengan Ketua Umum PDIP nanti orang Papua, nasib kaum marhaen di Indonesia dapat lebih sejahtera. Tidak seperti sekarang yang kehidupan petani marhaen hancur-hancuran diserbu bahan pangan impor. Nelayan marhaen menjadi profesi yang paling miskin, padahal Bung Karno lah yang pertama kali membangun Kementerian Maritim. Negeri yang garis pantai terpanjang di Dunia tapi masih impor garam. Ini yang menjadikan Indonesia sangat jauh dari (sakti) Berdikari.

Bila harapan-harapan tersebut terjadi, PDIP dapat menyaingi kesuksesan partai LDP di Jepang. Seperti diketahui LDP dapat berkuasa puluhan tahun secara demokratis karena benar-benar dicintai rakyatnya, terutama kaum petani marhaen di Jepang.

Namun apapun harapan kita, semua ini kembali ke keputusan Megawati. Apakah tetap melanjutkan trah keluarga Bung Karno atau memilih dari luar trah untuk memimpin PDIP. Bila akhirnya masih trah Bung Karno yang memimpin, cap dari publik sebagai kaum feodal harus siap diterima. Padahal feodalisme adalah peninggalan masa lalu yang menghambat kemajuan. Karena dalam sistem feodal salah satu cirinya adalah kekuasaan diwariskan berdasarkan keturunan, darah, atau trah. Feodalisme menutup kesempatan kepada orang yang bukan trah untuk memimpin.

Semoga bukan hal tersebut yang akan terjadi. Semoga putra/putri Papua yang dipilih menjadi Ketua Umum PDIP. Ini akan menjadi warisan yang sangat luar biasa yang ditinggalkan Megawati bagi Indonesia. Saking besarnya jasanya, dosa dan luka lama yang pernah dibuat pun akan dilupakan rakyat. Bukan tidak mungkin rakyat akan ikhlas memberi gelar Ibu Bangsa tak lama lagi. Bagaimanapun, kita seharusnya tetap berterima kasih karena Megawati akhirnya memutuskan untuk melakukan regenerasi di PDIP. Ini sangat kita hargai. (AHM/bcra)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini