spot_img
Sabtu, April 20, 2024
spot_img

‘Nine Dash Line’: Kenekadan RRC Mengambil Jalur Rempah Nusantara sebagai Jalur Sutra?

Oleh: Nazar EL Mahfudzi, Pengamat Politik Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

KNews.id- Sebuah gambar yang menunjukan mengenai figur seorang pedagang Melayu (D), Asia Selatan (Keling) (E), dan seorang perempuan yang berasal dari Gujarat (F) yang berada di Banten pada sekitar tahun 1596 (Rouffaer dan Ijzerman, 1915 (Deerste Boek):120-121).

- Advertisement -

Tulisan ini menggambarkan dengan gamblang zaman perdagangan jalur rempah berhubungan dengan peradaban kejayaan kerajaan-kerajaan Islam Nusantara menguasai hampir seluruh wilayah tanah dan laut kawasan Asia Tenggara.

Klaim China mengambil alih sejarah jalur rempah Nusantara dalam konsep hegemoni kekuasaan perdagangan “Nine Dash Line” melalui legitimasi UNESCO pada tahun 2014, menetapkan jalur Sutra sebagai situs warisan dunia.

- Advertisement -

Kondisi objektif wilayah kepulauan Indonesia sebagai poros maritim dunia tidak terlepas dari sejarah jalur rempah dan kerajaan Islam Nusantara. Poros maritim sebuah gagasan strategis yang diwujudkan sebagai penghubung antar pulau, pengembangan industri perkapalan dan perikanan, perbaikan transportasi laut serta fokus pada keamanan maritim.

Kerajaan Islam Nusantara mengukir sejarah menjadikan jalur rempah sebagai rumah besar keanekaragaman hayati dunia. Sekitar 11 persen jenis tumbuhan dunia ada di hutan tropis Nusantara. Jumlahnya lebih dari 30.000 spesies, yang sebagian di antaranya dipergunakan dan dikenal sebagai rempah.

- Advertisement -

Rempah-rempah Nusantara bernilai lebih dari emas, bukan sekadar komoditi, namun membawa nilai “value” dan gaya hidup “lifestyle” untuk peradaban dunia. Begitu pentingnya rempah-rempah dalam kehidupan manusia sehingga ia menjadi penghela perkembangan ekonomi, sosial budaya, dan politik dalam skala lokal dan Internasional.

Foto Istimewa

Budaya Islam Nusantara dan zaman kebangkitan Dinasti Umaiyah dan Abbasiyah merupakan periode perdaban dakwah Islam melalui kemajuan perdagangan kerajaan Islam Nusantara yang saling bekerjasama kawasan Timur dan kawasan Asia Tenggara.

Para pelayar dan pedagang Muslim dari Arabia ini kemudian juga sampai ke ‘Kepulauan Rempah-rempah’ Spice Islands, Maluku. Dengan demikian, bersama para pelayar dan pedagang Muslim lokal yang mendapat kekuasaan dari sultan atau raja lokal berlakunya perdagangan bebas, muncullah masa kejayaan perdagangan.

Kerajaan-kerjaan Islam Nusantara hingga tanah Mataram di pulau Jawa dikenal sebagai Negeri Bawah Angin “the land below the wind atau zirbadat ” ( Anthony Reid , An ‘Age of Commerce’ in Southeast Asian History, 1990).

Letak geostrategis kerajaan-kerajaan Nusantara diketahui antara abad kelima belas dan pertengahan ketujuh belas, wilayah tropis kepulauan Nusantara ini diintegrasikan sistem perdagangan rempah-rempah global dalam poros maritim dunia , sementara kerajaan-kerajaan Islam Nusantara berbasis rempah mendominasi perdagangan global. Kerajaan besar Sriwijaya, Mataram,Singasari, dan Majapahit menjadikan perdagangan rempah sebagai jalur interaksi utama yang menghubungkan Nusantara dengan Asia Tenggara, China, Asia Selatan, Asia Barat, hingga ke Afrika Timur.

Daya tarik rempah memicu bangsa bangsa Eropa berlayar menemukan pulau-pulau rempah Nusantara. Colombus (1492, Spanyol), John Cabot (1497, Inggris), Vascode Gama (1497, Portugis), dan Magellan (1519, Spanyol), berbagai rempah seperti kayu manis, merica, dan cengkeh mulai menemukan jalannya ke Eropa, telah merubah sejarah peradaban dan perdamaian dunia

Mengapa RRC Nengambil Jalur Rempah Nusantara sebagai Jalur Sutra?

China mengklaim jalur sutra sebagai perdagangan internasional kuno dari peradaban China yang saat ini digunakan secara modern dikenal dengan “Nine dash line” merupakan garis yang dibuat sepihak oleh China tanpa melalui konvensi hukum laut di bawah PBB atau United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS). Dalam UNCLOS, telah ditetapkan batas-batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) setiap negara yang kaitannya dengan hak melakukan eksploitasi dan kebijakan lain di wilayah perairannya sesuai hukum laut internasional, menghubungkan wilayah barat dan timur. Jalur tersebut mempertemukan pedagang dari barat dan timur untuk melakukan aktivitas perdagangan.( Xinru Liu, 2010 “ The Silk Road in World History” )

Jalur Sutera “The Silk Road” menghubungkan Chang’a, China dengan Antiokhia, Suriah, serta tempat lainnya. Pengaruh jalur Sutera terbawa hingga Korea dan Jepang yang menjadi tonggak awal bertemunya peradaban-peradaban maju, tak hanya dikenal sebagai jalur perdagangan,seperti tekstil, rempah-rempah, biji-bijian, sayuran dan buah, kulit binatang, alat, pekerjaan kayu, pekerjaan logam, serta pertukaran budaya, agama, dan ilmu pengetahuan .

Foto Istimewa

PengakuanUNESCO menetapkan jalur Sutera pada tanggal 22 Juni 2014, sepanjang 5.000 kilometer dari China hingga wilayah Zhetsyu di Asia Tengah sebagai situs warisan dunia (World Heritage Sites). Menurut UNESCO, jaringan jalan yang dibentuk oleh Jalur Sutera secara keseluruhan memiliki panjang hingga 35 ribu kilometer.

Kepentingan China yang semena-mena menggunakan “Nine Dash Line” jalur sutra adalah bentuk hegemoni kekuasaan perdagangan kapitalis rezim organisasi Intersional menghilangkan sejarah tentang rempah-rempah Indonesia yang memiliki nilai universal luar biasa atau “outstanding universal value”.

Persatuan kedaulatan rakyat mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam sejarah jalur rempah sebagai nilai-nilai luhur budaya peradaban kerajaan Islam Nusantara dan memiliki kekayaan sumber daya laut seperti, harta karun Benda Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) , perikanan, minyak mentah. gas alam dan lain-lainnya. (AHM/rep)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini