Menurutnya, negara-negara berkembang perlu menghadapi dampak pengetatan moneter yang agresif dengan kebijakan makroprudensial untuk membendung arus keluar yang tiba-tiba dan menstimulus investasi.
“Kenaikan harga pangan dan energi maaih menjadi tantangan di 2023 dan 2024. Membuat kita sulit untuk pulih dan mengembangkan pembiayaan karena keterbatasan pendanaan oleh lembaga jasa keuangan,” ungkapnya.(Ach/Ibn)