KNews.id- Arus modal yang kabur dari Indonesia saat Covid-19 melampaui periode krisis 2008. Hal ini ditambah dengan indeks kepercayaan konsumen dan bisnis global juga turun tajam melebihi saat terjadinya krisis keuangan global 2008.
Hal ini dari hasil perhitungan pemerintah terkait arus modal asing yang keluar atau outflow dari pasar keuangan Indonesia pada Januari-Maret. Jauh lebih besar dibandingkan pada saat terjadi periode krisis keuangan 2008 dan juga periode taper tantrum pada 2013.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pada kuartal pertama tahun ini arus modal asing yang keluar dari Indonesia sudah mencapai Rp145,28 triliun, jauh lebih besar dari periode ‘outflow’ pada 2008 yang sebesar Rp69,9 triliun dan pada taper tantrum 2013 sebesar Rp36 triliun.
“Outflow lebih dari dua kali lipat dari saat guncangan krisis global 2008 dan 2013. Magnitude ini jadi perhatian khusus dan jadi pembahasan dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK),” ujar Menteri Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual KSSK, Senin(11/5).
Dia mengatakan penyebaran Covid-19 telah menyebabkan kepanikan di pasar keuangan global dengan indeks VIX pada Maret lalu menunjukkan level tertinggi sepanjang sejarah menyentuh level 82 yang menunjukkan kecemasan investor global pada pasar saham.
“Kecemasan tersebut karena kinerja saham di negara maju mengalami gejolak dan penurunan tajam,” tambah Menteri Sri Mulyani.
Dia mengatakan indeks kepercayaan konsumen dan bisnis global juga turun tajam melebihi saat terjadinya krisis keuangan global 2008. Kondisi tersebut membuat negara berkembang mengalami arus modal asing keluar yang sangat besar karena investor mencari aset yang dianggap aman dalam bentuk mata uang dolar tunai.
Menteri Sri Mulyani menambahkan derasnya ‘outflow’ pada kuartal pertama menyebabkan nilai tukar rupiah mengalami eskalasi tinggi setelah pada Februari berada pada level Rp14.318 per dolar AS yang kemudian menyentuh level terendah Rp16.575 per dolar AS atau melemah 15,8 persen di banding bulan sebelumnya. (Fahad Hasan&DBS) y S