spot_img
Jumat, Maret 29, 2024
spot_img

Kisah Raja Taksi, Dulu Jualan Telur dan Bisnis Ilegal

KNews- Sebelum menjadi pendiri perusahaan taksi Blue Bird, Mutiara Djokosoetono harus menjadi tulang punggung keluarga saat suaminya Djokosoetono sakit-sakitan. Demi bisa bertahan hidup, dia berjuang dengan berjualan telor hingga berbisnis ilegal.

Mengutip Albertine Endah dalam Sang Burung Biru (2012), Mutiara Djokosoetono pernah berbisnis berjualan telor dan bemo. Hasil pekerjaannya itu untuk memenuhi kebutuhannya dan keluarga, termasuk pengobatan suami hingga sekolah anak-anaknya.

- Advertisement -

Mutiara akhirnya menjadi kepala keluarga saat suaminya yang juga merupakan pakar hukum Indonesia dan dosen di Universitas Indonesia (UI) meninggal pada 6 September 1965. Dia harus menghidupi anaknya, Purnomo, Chandra dan Mitarsih yang masih kuliah.

Tak disangka-sangka, dia mendapatkan hadiah dua mobil bekas dari PTIK yakni sedan Opel dan Mercedez. Dua mobil itu akhirnya disulap menjadi taksi yang dipanggil berdasarkan telepon.

- Advertisement -

Dibalik keuntungan yang dia dapatkan, ternyata bisnisnya ilegal. Karena saat itu bisnis sewa mobil masih dilarang oleh negara. Namun dia tetap menjalankannya, bersama dengan Chandra dan Purnomo yang menjadi supir.

Bisnis tersebut dinamai Chandra Taksi, yang bermarkas di kediaman Mutiara, Jl. H.O.S Cokroaminoto No. 107 pada 1965. Dari dua mobil akhirnya usahanya tersebut memiliki 60 mobil.

- Advertisement -

Namun bisnisnya sempat mandek karena pada 1971 pemerintah DKI Jakarta melarang operasional taksi gelap. Seluruh taksi harus mengantongi izin, dengan syarat telah memiliki minimal 100 armada.

Bisnisnya tetap jalan setelah Udatimex, perusahaan murid suaminya, mau berinvestasi. Akhirnya Mutiara bisa menambah armada dan mendapatkan izin. Nama Blue Bird, yang terinspirasi dari dongeng Eropa berjudul Bird of Happiness, juga dimulai dari sana dan berdiri pada 1 Mei 1972.

Dalam menjalankan Blue Bird, Mutiara mengarahkan armadanya di hotel-hotel internasional dan bandara. Setiap mobil juga dilengkapi radio, jadi hotel bisa menghubungi perusahaannya dengan mudah.

Armada yang dimiliki Blue Bird juga bertambah signifikan. Pada 1980-an menjadi 500an taksi dan 2000-an taksi ada 1985, dikutip dati Sang Burung Biru (2012).

Namun bisnis Blue Bird juga sempat ada di titik terendah. Pada 2016, taksi online mulai merajalela dengan tarif lebih murah dan banyak promo yang akhirnya membuat banyak masyarakat beralih. (RZ/CNBC)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini