Oleh : Sutoyo Abadi.
KNews.id – Pilpres 2024 di Indonesia mengikuti prinsip Machiavelli. “Ia dikenal sebagai politikus yang tak segan menghalalkan segala cara asal menang dan mencapai tujuan”
“Melalukan kecurangan untuk angka kemenangan Paslon tertentu”. Modusnya luar biasa sadis dan masif dari kartu suara yang sudah di coblos duluan dalam jumlah yang masal dan terang terangan sebelum di masukan kotak suara.
Penggelembungan dan mengubah angka perolehan suara tanpa rasa malu dan tidak peduli resiko dan dampak politiknya yang sangat berbahaya.
Munculnya hitung cepat ( quick count ) yang terlalu prematur pada saat proses perhitungan baru mencari 5 % angka kemenangan Paslon 2 sudah ditetapkan dan sebagai acuan untuk merayakan kemenangannya. Bahkan hasil hitung cepat tersebut sebagian data terbaca hasil angka tertanggal 13 Februari 2024 sebelum pemungutan suara dilaksanakan.
Keributan terus berlanjut pasca pemungutan suara tanggal 14 Februari 2024, “semua mengira berawal dari kecurangan angka riil dari TPS yang berubah di server KPU , khususnya untuk perolehan suara Paslon 2 yang mudah dipantau penggelembungan suaranya secara langsung di server KPU.*
Angka pemenangan Paslon 2 sangat mencurigakan, dugaan sangat kuat hasil rekaya dari kerja perangkat kecerdasan buatan, yaitu Artificial Intelligence ( AI ), -“konon dari Cina sudah masuk ke Indonesia jauh hari sebelum pelaksanaan Pilpres “_
Alat kecerdasan buatan mampu bekerja mengubah angka yang cukup realistis untuk kemenangan Paslon capres dan cawapres yang harus di menangkan.
Saat pencoblosan angka hasil riil dari TPS hanya akan dijadikan aksesoris . Karena angka yang akan muncul dari robocall otomatis adalah angka yang sudah di di program dan tentukan, setelah melalui proses manipulasi secara digital .
“Inilah kejahatan paling buruk dalam Pilpres saat ini adalah memanipulasi angka hasil pemilihan presiden dengan angka palsu hasil kloning angka rekayasa curian” .
“Patut di diduga angka kemenangan salah satu capres 2024 jauh hari sudah dipersiapkannya menggunakan data dan algoritma untuk mengotomatisasi tugas seperti menargetkan angka kemenangannya”_
Dan dugaan kuat untuk kemenangan Paslon 2, angka kemenangan yang akan muncul dari KPU sekalipun beralaskan telah dilakukan hitung secara manual tinggal menyesuaikan dan kerja Artificial Intelligence ( AI ) yang akan kerja secara otomatis untuk menjaga ritme angka hasil kloningnya sudah diprogram.
Ini gawat, angka ahir dari KPU sangat besar kemungkinannya akan sama dengan hasil hitung cepat ( quick count ) yang telah menjadi paduan Paslon 2 merayakan kemenangannya.
Kalau Tim pemenangan Paslon 1 dan 3 bisa membongkar rekayasa kecurangan yang di mainkan oleh kerja Artificial Intelligence ( AI ) yang telah kerja secara otomatis, maka besar kemungkinan kekacauan akan terjadi.
Kalau masing memiliki data yang kuat dan masing masing bertahan pada sikapnya, chaos bisa terjadi dan meledak menjadi huru hara yang mengerikan.  (Zs/NRS)
