spot_img
Jumat, Maret 29, 2024
spot_img

FPI VS PKI

Oleh: Mangarahon Dongoran, Wartawan fnn.co.id

KNews.id– Selasa (28 Juli 2020). Sejak Senin (27/7/2020), viral sekelompok orang yang mencoba membakar foto Imam Besar Front Pembela Islam (IB FPI), Dr. Habib Rizieq Shihab. Para pendemo yang jumlahnya ratusan orang itu dipimpin oleh Boedi Djarot. Pakaian berwarna merah mendominasi para pendemo.

- Advertisement -

Tuntutan mereka para pendemo adalah menolak khilafah dan menolak Habib Rizieq kembali ke Indonesia dari pengasingannya di Tanah Suci Mekkah. Penolakan terhadap khilafah dan penyebutan kadrun atau kadal gurun adalah kalimat-kalimat yang sering dikeluarkan oleh penganut paham komunis. Ketua PKI Diva Nusantara Aidit sering menggunakan kata kadrul ini untuk menyerang kelompok Islam yang menolak PKI

Menjelang meletusnya peristiwa G30S/PKI tahun 1965, PKI dan antek-anteknya sangat benci umat Islam. PKI sangat membenci terhadap ulama dan pesantren. Berapa banyak ulama atau kiai, terutama kiai NU yang dibunuh PKI. Berapa banyak pesantren yang dibakar, dan santrinya yang dibunuh oleh PKI.

- Advertisement -

Para pendemo yang membawa poster bergambar Imam Besar Dr. Habib Rizieq Shihab. Sambil melakukan orasi, sebagian pendemo menginjak-injak foto Dr. Habib Rezieq Shihab. Melemparinya dengan tomat. Caci-makian pun terus keluar dari mulut para pendemo.

Boedi Djarot menyebutnya manusia sampah. Dan jika pulang ke Indonesia “kita tolak rame-rame.” Kalimat provokatif tersebut kemudian disambut pendemo dengan melempari poster yang diletakkan di atas aspal dengan tomat ke poster yang berisi gambar Dr. Habib Rizieq Shihab itu.

- Advertisement -

Ada suara yang terdengar mengucapkan bakar. Kata bakar itu ditujukan ke poster yang bergambar Dr. Habib Rizieq Shihab tersebut. Beberapa orang jongkok dan merunduk untuk menyalaķan korek api. Mencoba membakar pinggir poster

Akan tetapi, korek api yang sudah menyala, ternyata tidak bisa membakar pinggiran poster yang bahannya sangat mudah terbakar itu. Padahal, puntung rokok saja diletakkan di atasnya, pasti terbakar dan bolong. Apalagi sudah disiramin dengan minyak.

Nah, karena upaya membakar hanya dengan korek api dari pinggir poster itu tidak mempan, para pendemo kemudian muncul seseorang membawa jerigen kecil berisi minyak bensin atau minyak yang mudah memantik api menyala. Lelaki tersebut pun kemudian menyiramkan minyak ke atas poster. Setelah itu korek api dinyalakan dan disundutkan ke arah poster yang sudah disiram minyak itu (bisa bensin atau minyak tanah).

Api pun menyala di bagian yang disiram bensin itu. Akan tetapi, api hanya menyala sebentar. Hanya mengeringkan minyak yang disiramkan. Karena apinya padam hanya mengeringkan bensin, pendemo terlihat kesal dan marah. Tak mempan dengan api, mereka akhirnya merobek-robek poster tersebut.

Tidak jelas, apakah aksi Boedi Djarot dan kawan-kawannya sebagai balas dendam atas pembakaran bendera PDIP dan bendera PKI beberapa waktu lalu. Saat aksi demo penolakan Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) yang juga terjadi di depan gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat bendera PDIP dan bendera PKI dibakar. Sayangnya, saat aksi penolakan RUU HIP, Boedi Djarot dan kawan-kawan tidak muncul. Padahal, mereka mengaku paling Pancasilais.

Tidak jelas juga, apakah aksi demo Boedi Djarot dan kawan-kawan itu masih ada kaitan dengan peringatan persitiwa 27 Juli 1996 atau dikenal dengan peristiwa “Kudatuli.” Yaitu, pada saat terjadi pertumpahan darah di gedung PDIP dan sekitarnya, yang memakan banyak korban tewas dan hilang.

Belum yang luka-luka dan sejumlah kendaraan bermotor dibakar dan dirusak massa. Bahkan, pos polisi lalu lintas yang berada di seberang bioskop Megaria tak luput dari amukan masa.

Yang pasti, tindakan yang dilakukan Boedi Djarot dan kawan-kawannya itu harus dipertanggungjawabkan secara hukum. Aparat kepolisian harus bertindak tegas. Sama dengan tindakan tegas terhadap pembakar bendera PDIP (meski yang ini kabarnya disusupi).

Jika tidak ada penegakan hukum, saya khawatir inilah awal perang saudara di negeri Pancasila tercinta itu. Sebab, saya percaya aksi ini akan dibalas lagi oleh pendukung Dr. Habib Rizieq Shihab dengan berdemo dan membakar dan menginjak-injak foto seseorang yang didukung Boedi Djarot.

Menghina Ulama Itu Cara PKI

Pernyataan tegas telah dikeluarkan Ketua Umum FPI Ahmad Sobri Lubis. Ia menyebutkan, menghina ulama, habaib, kiai dan ustaz adalah cara-cara PKI. Umat Islam harus siap mengjadapinya.

Kita siap perang. Perang bisa dimulai,” kata Sobri Lubis ketika dihubungi FNN.co.id.

Jika aparat keamanan, terutama polisi tidak bertindak tegas terhadap Boedi Djarot dan kawan-kawan, saya khawatir ulah mereka akan dibalas secara fisik oleh para pengagum Dr. Habib Rizieq Shihab, khususnya umat Islam dan yang sangat mencintai NKRI dan Pancasila.

Buktinya, malam hari setelah peristiwa meninjak-injak dan membakar foto Dr. Habib Rizieq Shihab, sekelompok massa sudah mendatangi kediaman Boedi Djarot. Hanya saja, ia sudah kabur duluan.

Kabarnya, ia kabur ke sebuah Vila milik Ketua Umum PDIP Megawati, di daerah Megamendung, Kabupaten Bogor, Jabar. Selasa (28 Juli 2020), beredar lagi video yang mengabarkan vila itu mendapatkan pengamanan yang ekstra ketat.

Pengamanan di Villa milik Migawati di Megamendung pun ditingkatkan. Karena umat Islam di sekitar Villa tidak suka dengan kehadiran Boedi Djarot (jika benar berlindung di sini). Apalagi, umat Islam di Kecamatan Megamendung cukup mencintai Habaib, dan menghormati Dr. Habib Rizieq Shihab yang membangun pesantren yang terkenal dengan nama Markaz Syariah di daerah sejuk itu.

Pesantrennya ini cukup terkenal. Apalagi ruangan tempat zikir Dr. Habib Rizieq Shihab sempat “disinggahi” peluru tajam, yang hingga sekarang tidak jelas pelakunya. Tidak jelaas karena laporan ke polisi tidak ditindaklanjuti. Dr. Habib RIzieq Shihab sendiri lolos dari usaha pembunuhan itu.

Oh ya kembali ke pembakaran poster berisi gambar Habieb Rizieq yang tidak mempan, saya jadi teringat peristiwa 4 November 2016, saat demo terhadap si penista agama Islam, Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok. Peristiwa yang dikenal dengan 411 itu memanas dan aparat kepolisian menembakkan gas air mata di beberapa sudut jalan di sekitar Istana Kepresidenan.

Peristiwa semakin memanas justru saat menjelang Maghrib, saat Habib Rizieq dari mobil komando sudah meminta peserta aksi kembali dengan tertib. Permintaan itu tidak lama setelah Kapolri Jenderal Tito Karnivan meminta agar tidak ada lagi tembakan gas air mata.

Di atas mobil komando, selain Dr. Habib Rizieq Shihab, ada beberapa ulama. Ada juga Menko Polhukam Wiranto, Menteri Agama. Wiranto dan Menteri Agama buru-buru lari ke arah Istana, meski masih sempat merasakan sedikit gas air mata.

Di tengah desingan peluru gas air mata, Dr. Habib Rizieq Shihab tetap bertahan di atas mobil komando yang sudah penuh dengan gas air mata. Sedangkan ustaz Arifin Ilham dan beberapa orang lainnya terpaksa dilarikan ke Rumah Sakit Budi Kemuliaan, karena sesak nafas akibat menghirup gas air mata.

Alhamdulillah, Habib Rizieq tidak apa-apa. Ketika kembali ke markas FPI di Petamburan, Jakarta Pusat, Dr. Habib Rizieq Shihab tetap merendah di hadapan pengagumnya.

“Alhamdulillah, itu semua atas pertolongan Allah,” ucapnya.(Ade)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini