spot_img
Kamis, Mei 2, 2024
spot_img

Erick Thohir Berharap BNI Terus Fokus Bisnis Internasional

KNews – Erick Thohir berharap BNI terus fokus bisnis internasional. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berharap PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) terus meningkatkan fokus pada ekspansi bisnis internasional.

Terlebih, momentum pertumbuhan ekonomi global tahun ini diproyeksi lebih kuat sehingga banyak peluang pertumbuhan baru yang dapat dioptimalkan oleh pelaku usaha korporasi sekaligus UMKM.

- Advertisement -

Erick berpendapat BNI berhasil menciptakan sebuah ekosistem pertumbuhan antara UMKM dan diaspora, seperti di Uni Emirat Arab (UEA).  Ke depannya dapat menjadi model andalan yang dapat diduplikasi di banyak wilayah operasional global BNI.

“Seperti bagaimana kami lihat di UEA, kita berhasil mengkolaborasikan diaspora dan UMKM. Ini merupakan upaya untuk terus menciptakan lapangan kerja bagi semua masyarakat Indonesia di luar negeri. Tentu ini juga menjadi salah satu langkah guna mendukung ekspansi kinerja ekonomi kita,” ujarnya dalam pernyataan resmi pada Minggu (30/1).

- Advertisement -

Lebih lanjut, Erick menilai, BNI memiliki potensi untuk mengoptimalkan momentum Presidensi G20 Indonesia 2022. BNI akan menjadi jembatan untuk merealisasikan berbagai proyek ekonomi berkelanjutan baru. Momentum G20 juga dapat dimanfaatkan BNI untuk melakukan showcasing layanan globalnya.

Sementara, Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati bilang, pemerintah telah berusaha mengelola fungsi APBN untuk menjaga dampak buruk akibat pandemi dan membuat ekonomi kembali bergerak dengan sangat efisien.

- Advertisement -

Defisit fiskal tergolong reasonable dibandingkan dengan negara lain, yang bisa mencapai sekitar 20% terhadap PDB negaranya seperti India dan Brazil. Sementara Indonesia dapat menjaga level defisitnya lebih rendah dengan pemulihan ekonomi yang lebih cepat.

“Ini saatnya semua korporasi termasuk BNI kembali keluar dan meningkatkan kinerja ekonomi. APBN perlahan mundur untuk memulihkan kondisinya. Pemerintah tengah mempersiapkan exit policy dan bersama-sama dan keluar dari extra ordinary policy selama 2 tahun lalu,” imbuhnya.

Exit policy ini yang akan menjadi salah satu pembahasan penting di G20. Itu sebabnya kita perlu membangun komunikasi yang baik untuk menciptakan desain pemulihan yang terkoordinasi. Ia  menambahkan pemerintah dan dunia usaha bersama – sama memulihkan perekonomian maka itu sejalan dengan misi Presidensi G20 Indonesia, yaitu Recover Stronger, Recover Together.

Adapun Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menuturkan, upaya peningkatan kualitas kredit dilakukan dengan sangat baik. Rasio kredit bermasalah BNI berada pada 3,7% dan loan at risk berada pada 23% per akhir tahun lalu dan terus menunjukkan tren penurunan. Hal ini pun menjadi momentum bagi perseroan untuk lebih aktif mendorong pemulihan ekonomi nasional.

“Adanya perbaikan NPL dan LaR tersebut menunjukkan bahwa ruang untuk terus tumbuh masih sangat terbuka,” ujarnya.

Dengan program transformasi yang telah direncanakan sangat matang, BNI juga telah mampu memperkuat daya saing dan ruang peningkatan margin dengan menekan banyak sisi beban operasional.

BNI juga telah mampu meningkatkan modal pada tahun lalu dengan penerbitan Alternatif Tier I Capital sekitar Rp 8,6 triliun sehingga membuat rasio kecukupan modal terkerek hingga posisi 19,7%, dari akhir 2020 yang tercatat 16,8%.

Royke menuturkan BNI adalah bank yang mendapat mandat menjadi bank global guna mendorong pelaku usaha dalam negeri meningkatkan penetrasi pasar luar negeri. BNI juga diharapkan mampu menjadi investment consultant bagi pelaku usaha global negeri untuk berinvestasi di Indonesia.

“Tentunya, kami sangat terima kasih dari support pemerintah. Dari kebijakan dan dukungan. Kami bisa mencapai kinerja keuangan ini tentunya tidak lepas dari dukungan Kementerian Keuangan, Pemerintah dan stakeholder lainnya,” jelas Royke.

BNI mampu mencetak laba bersih tahun 2021 sebesar Rp 10,89 triliun, tumbuh 232,2% year on year (yoy), atau tiga kali lipat dari profit tahun 2020. Pencapaian Laba bersih ini dihasilkan dari pendapatan operasional sebelum pencadangan atau pre-provisioning operating profit (PPOP) yang tumbuh kuat 14,8% yoy sehingga mencapai Rp 31,06 triliun.

Pertumbuhan kredit yang sehat sebesar 5,3% yoy menjadi Rp 582,44 triliun, yang didukung juga net interest margin (NIM) yang tangguh di level 4,7%. Pendapatan berbasis komisi mampu dikerek dengan pertumbuhan 12,8% yoy. BNI mempercayai bahwa masih terdapat ruang untuk terus tumbuh ke depannya.

Pertumbuhan kredit BNI ditopang dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai Rp 729,17 triliun atau tumbuh 15,5% yoy, dan membawa BNI pada situasi likuiditas yang sangat mencukupi dan jauh melampaui pertumbuhan kredit tahun lalu. (RKZ/kkci)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini