Kerugian modal tiga bank ini khususnya SVB, karena ingin menambah modal dengan IPO. Namun, ketika IPO mulai muncul sehingga membuat sentimen negatif para deposan yang pada akhirnya mereka dengan cepat menarik dananya atau bank run.
Sementara itu, untuk perbankan Indonesia konsentrasi terhadap deposan tidak sebesar bank-bank tersebut karena adanya diversifikasi dari deposit funding, maka perbankan Indonesia tidak akan mengalami kebangkrutan seperti yang dialami bank di AS.
“Umumnya bahwa konsentrasi deposan di Indonesia, rata-rata 10-15%. Ada 1-2 bank yang tidak lebih dari 35-45%. Deposit funding cukup terdiversifikasi sehingga memperkuat ketahanan funding bank,” kata Perry.
Kemudian, risiko valuasinya atau dampak langsung dari kebangkrutan bank-bank di AS hampir nol, karena sebagian besar bank di tanah air tidak menanamkan dananya kepada ketiga bank tersebut.