Demikian halnya dengan DLTA, secara YtD harganya naik 0,53%. Hanya saja, enam bulan terakhir melemah 8,29% dan Senin (19/12) harganya ditutup melemah 0,27% ke Rp 3.760.
Nah, Nico berpandangan bahwa untuk kedua calon emiten masih bisa akan prospektif, tetapi jika memiliki keunikan diantara kompetitor sejenis yang sudah banyak beredar di publik.
- Advertisement -
“Namun jika tidak punya faktor pembeda maka seiring waktu akan kalah dengan perusahaan pesaing yang sudah lama muncul di pasar,” katanya. (Ach/Ktn)