Oleh : Damai Hari Lubis – Pengamat Hukum dan Politik M.212
KNews.id – Anies dapat PKB. Tapi kehilangan Demokrat dan nyaris kehilangan suara PKS dan pastinya pecah dukungan dari beberapa komponen suara 212.
Ketika Cak Imin diumumkan bakal cawapres, maka Anies inkonsisten tuk kedepankan faktor kualitatif atau ambigu, Anies sudsh bergeser menjadi Kuantitatif, karena jika memang Anies serius idealis dengan niat perubahan, maka anies akan pertahankan faktor kualitatif, dan praktiknya Anies seharusnya terus merawat dan tingkatkan dimensional hubungan dengan dua partai yang cukup ideologis, yakni Demokrat dan PKS yang dinamis dan kwalitatif, karena sepengetahuan umum, kedua partai ini serius untuk mengedepankan character building, perbedaannya hanya konsep Demokrat menggunakan sisi pandang nasionalisme, namun tetap mempertahankan sisi agamis pada batasannya, sedang PKS membangun karakter bebasis islami , dengan tetap mempertahankan batasan nasionalis
Anies, yang katanya inginkan adanya faktor perubahan, seemestinya tetap pertahankan join-nya dengan Demokrat dan PKS. Lalu gerilya mengajak PKB bergabung dan ” bargaining “.
Karena PKB selama ini memiliki ” politik konservatif atau kedaerehan atau pertahankan politik tradisional, nampaknya hanya akan pertahankan kuantitatif, dan cukup puas kepada suara yang sudah ada, pastinya sulit untuk berpikir kwalitatif, karena jika Cak Imin berpikir ideologis kualitiatif, tentu suara PKB akan atau sudah lama tergerus.
Selanjutnya Anies mesti mendekati Demokrat kembali, secara nice,, tanpa perlu debat dan busungkan dada, baiknya mendekat dengan cara ” mirip orang yang punya salah”, gak apa, jika serius, demi cita – cita baik kedepan, mudah – mudah Demokrat yang memang senang dan butuh individu yang berpikiran ideologis kualitatif akan berbesar hati.
Namun pastinya, ekses manufer Anies, timbulkan beberapa peristiwa faktual , retaknya hubungan politik dengan beberapa orang tokoh, utamanya dengan para tokoh kelompok di Parta Demokrat dan juga menyisakan posisi kesulitan pada PKS , lalu tentu ada imbas pada 212 yang akan terpecah suara.
Dan pecahnya kantung suara 212 , akan ditandai kenyataan, jika :
1. Tidak ada ijtima ulama ;
2. Jika tidak ada himbauan dari tokoh besar muslim di tanah air HRS,
Jika pun ada himbauan, namun terbatas, yakni mempersilahkan ummat mana yang dianggap layak, baik diikuti dengan kriteria kepemimpinan, maupun tanpa catatan karakteristik figur sekalipun.
Maka, atas ulah Anies yang cukup akses, saat ini lahirkan ” keberisikan ” untuk beberapa komponen dari para pendukung setia-nya sejak 2017. (Zs/NRS)
Discussion about this post