spot_img
Sabtu, April 27, 2024
spot_img

Ada Rekening Lain Selain BSI?

KNews- Meningkatnya penggunaan m-banking dan fasilitas perbankan digital saat ini ternyata memiliki konsekuensi terhadap sistem keamanan. Baru-baru ini sebagian masyarakat, atau bahkan mungkin kita sendiri tidak dapat mengakses berbagai layanan perbankan dari Bank Syariah Indonesia (BSI).

Pada tahun 2021, berdasarkan data dari check point Software Technologies Ltd menyatakan, dalam 6 bulan terakhir terdapat 2.730 serangan siber yang menyerang institusi keuangan di Indonesia. Angka tersebut sangatlah tinggi karena 252 persen lebih tinggi dibandingkan rata-rata sorangan siber global yang hanya mencapai 1.083 serangan.

- Advertisement -

Hal tersebut membuat Indonesia menjadi negara keenam tertinggi untuk serangan siber pada industri perbankan. Walaupun memiliki tingkat risiko yang sama dengan sektor lain seperti manufaktur, pertambangan minyak dan gas juga lainnya, namun sektor keuangan adalah sektor yang paling sering mendapatkan serangan siber. Tentu saja karena sektor keuangan dapat memberikan “keuntungan” bagi penyerang siber dalam bentuk likuid dan jumlah besar sesuai yang mereka inginkan.

Menurut Deon Oswari (2021), frekuensi serangan siber yang tinggi ke Indonesia disebabkan oleh dua hal. Pertama adalah tingginya posibilitas penyerang untuk sukses menyerang perusahaan atau institusi strategis di Indonesia. Kedua adalah banyaknya bisnis atau perusahaan yang membuat sistem keamanannya menggunakan keamanan digital dari berbagai vendor daripada satu sistem terintegrasi.

- Advertisement -

Selama mengalami gangguan dimana layanan mesin ATM, m-banking dan fasilitas lainnya tidak bisa diakses terdapat penurunan pada performa saham Bank Syariah Indonesia Tbk dengan kode emiten BRIS, menjelang penutupan hari ini, harga muncul pada Rp 1.685 turun dari Rp 1.765 sebelum serangan. Apakah harga saham BRIS akan turun lagi setelah pengumuman dividen pada RUPS nanti? Semoga lebih baik.

Dari sudut pandang keuangan personal hal ini dekat dengan pertanyaan “Berapa jumlah akun bank yang idelanya dimiliki oleh seorang individu?” Berdasarkan data dari Lembaga penjamin Simpanan (LPS), pada tahun 2022 jumlah penduduk dewasa Indonesia yang memiliki akun bank sebanyak 49 persen dari total penduduk, artinya sekitar setengah dari penduduk Indonesia belum memiliki rekening bank untuk kebutuhan transaksi sehari-hari.

- Advertisement -

Mungkin banyak juga dari kita yang memiliki lebih dari satu akun bank, atau bahkan lebih dari empat akun dan kadang mempertanyakan apakah membutuhkan semua akun-akun ini? Apabila mengikuti jawaban relatif hal itu tergantung kebutuhan, mungkin jumlah akun bank yang dimiliki disesuaikan dengan kebutuhan namun dengan adanya kasus serangan siber, pertanyaan tersebut menjadi relevan.

Pada saat keadaan darurat seperti yang terjadi kemarin, kita bisa merasakan sendiri bagaimana penggunaan satu akun berpotensi menghambat transaksi sehari-hari. Ditambah dengan transaksi saat ini lebih banyak cashless dan banyak dari kita yang mungkin sudah jarang menyimpan uang tunai dalam jumlah banyak untuk transaksi sehari-hari.

Menurut Forbes Advisor terdapat dua skema tentang jumlah kepemilikan akun bank untuk kebutuhan pengelolaan keuangan personal. Skema pertama adalah jumlah yang memisahkan pengeluaran, belanja, dana darurat dan dana untuk tujuan-tujuan keuangan.

Dengan menggunakan pilihan pertama ini kemungkinan jumlah akun bank yang dibutuhkan adalah sekitar empat akun. Namun tentu bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan tidak menjadi patokan utama untuk memiliki jumlah akun bank yang ideal. Pertimbangan untuk menentukan jumlah akun yang ideal bukan hanya terbatas pada fungsi namun perlu dipertimbangkan biaya layanan yang akan dikeluarkan.

Skema kedua adalah dengan memanfaatkan produk seperti dana haji, tabungan pendidikan dan lain sebagainya. Skema ini dikhususkan untuk mencapai tujuan keuangan. Namun kembali lagi jumlah-jumlah yang disarankan bukan menjadi patokan yang harus diikuti, karena kebutuhan setiap orang berbeda.

Dengan memiliki beberapa akun bank dapat mengantisipasi ketika terjadi gangguan masif pada perbankan. Penulis pribadi memiliki rekening di bank syariah lebih dari satu dengan tujuan-tujuan yang berbeda.

Misalnya BSI adalah rekening gaji saya sebagai dosen dan rekening penampungan dana haji sekeluarga, Bank Jabar Banten Syariah adalah rekening penampungan untuk dana Sertifikasi Dosen Nasional yang saya terima berkala, Bank Muamalat Indonesia adalah rekening untuk dana pensiun, BCA Syariah adalah rekening transaksi komersil dan rekening investasi pasar modal syariah, Bank Simas Syariah adalah rekening dana darurat, Bank CIMB Niaga Syariah adalah rekening operasional rumah tangga, Bank Permata Syariah dan Bank Maybank Syariah adalah rekening kerjasama yang digunakan untuk penampungan dana bisnis.

Di samping itu, sebagai perencana keuangan, penulis perlu observasi langsung terhadap produk dan jasa yang ditawarkan oleh bank-bank tersebut sehingga perlu aktif bertransaksi.

Tentu saja, ketika bertransaksi perlu dipertimbangkan strategi yang baik sebagaimana disebutkan dalam QS Al-Anfal (8): 60: Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; tetapi Allah mengetahuinya.

Ayat tersebut menjelaskan tentang pentingnya untuk mempersiapkan segala sesuatu ketika peperangan. Namun dalam hal pengelolaan keuangan personal, ayat tersebut relevan untuk menjadi landasan pentingnya untuk mempersiapkan segala kemungkinan di masa yang akan datang. Wallahu a’lam bis-shawaab. Salam Sakinah! (RZ/RPL)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini