spot_img
Rabu, November 12, 2025
spot_img
spot_img

That’s Good Advice Thank You Ustad Abu Bakar Baasyir Genapkan Nasehat Untuk Sosok Jokowi

Oleh : Damai Hari Lubis – Pengamat KUHP (Kebijakan Umum Hukum dan Politik)

KNews.id – Jakarta, Untuk seorang tokoh ulama Ustad Abu Bakar Baasyir (ABB) tidak butuh dibesar besarkan, beliau memang nyata sudah pas merepresentasikan para ulama garis lurus, jika pun ada figur lain (3 dekadean) mungkin yang pantas menasehati Jokowi adalah sosok Dr. Habib Rizieq Shihab (HRS).

- Advertisement -

Namun sayangnya HRS sudah ‘kenyang’ menasehati secara lisan dalam kerangka kebebasan menyampaikan pendapat dari yang model majas halus hingga sarkastik, bahkan pernah mendelegasikan para ulama untuk menasehati sosok Jokowi langsung ke istana di Bogor, namun apa balasannya ? The Great Leader terpaksa hijrah ke negara leluhurnya, Tol KM. 50 dan (2020) Sang Tokoh Ulama Besar di tanah air era kekinian yakni HRS justru mendapat ‘prison cold room’ oleh sebab “dituntut melebihi koruptor” karena dianggap berbohong Jo Prokes Covid 19. Namun secara kebenaran materiil, “siapa yang sebenarnya korban kebohongan dari HRS ?

Catatan publik soal bohong justru komoditi spesial politik Jokowi dan inlimited hingga saiki.

- Advertisement -

Lalu setelah menghukum Beliau, Jokowi selaku “produsen” terbesar melalui Jokowi lovers di Senayan, Pasal Bohong serta merta senak udelnya dihapuskan, mungkin khawatir resiko bumerang ke tubuh komisaris utama yang merangkap presiden direktur pabrik bohong ?

Parameter figur seorang pemimpin, ‘halal’ andai ada pendapat publik, yang mengatakan, “value edukatif Jokowi super mini, wabil khusus dari sisi moralitas dan mentalitas lebih banyak mudhoratnya dibanding manfaatnya”. Dan tentu saja perspektif publik ini butuh klarifikasi dan konfirmasi berbasis fakta, bukan ‘berbalas’ implikasi laporan polisi.

Ustad ABB mulia sosok ulama jajaran ‘kelas wahid’, (andai ada nilai strata untuk figur para ulama), yang pastinya Ustad ABB 100 prosen memahami apa terminologi ‘darurat’ dan makna subtansial ‘innama a’malu binniyah’, Ustad ABB yanng belum pernah mendengar mengkoreksi pedas ulama kelas berat sampai dengan kelas bulu bahkan sekelas ‘ustad banci tampil.’

“Dan penulis sendiri pun selaku Pengamat belum tahu ada kritik dari sang The Great Leader (HRS) kepada Al Mukarrom al Ustad ABB.”

Walau memang tidak ada hadits spesifik yang secara harfiah memerintahkan untuk mengunjungi orang beriman yang sesat untuk menasehatinya, tetapi konsepnya sejalan dengan perintah umum dalam Islam untuk menasehati atau menyampaikan nasihat demi kebaikan, seperti yang terkandung dalam hadits yang menyatakan ‘bahwa agama adalah nasihat’, maka tidak keliru jika dalam konteks ‘sosial agamis’ jika nasehat dimaknai sebagai bagian wajib daripada amar makruf nahi mungkar. Dan kewajiban ini berlaku secara umum untuk semua umat Islam dalam rangka mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran. Maka anomali atau antitesis andai “menghardik” perbuatan amar makruf nahi munkar.

Berikut hasil kutifan penulis.

- Advertisement -

Hadits Riwayat Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan lainnya

Bahwa agama adalah nasihat. Nasihat ini ditujukan kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, pemimpin muslimin, dan kaum muslimin secara umum. Konsep ini secara luas mencakup tindakan kebaikan, termasuk menasehati sesama yang menyimpang.

Konsep Amar Makruf Nahi Mungkar

Kewajiban bagi setiap umat Islam untuk mengajak kepada kebaikan (amar makruf) dan melarang dari kemungkaran (nahi mungkar). Dalam konteks ini, menasehati orang beriman yang menyimpang adalah bagian dari nahi mungkar, yakni mencegah perilaku buruk dan mengajak kembali ke jalan yang benar.

Kewajiban Menasehati Sesama Muslim

Tindakan menasehati sesama adalah bentuk kepedulian dan tanggung jawab sosial dalam Islam. Ini juga termasuk membantu saudara – saudara Muslim yang tersesat agar kembali ke jalan yang benar, sesuai dengan semangat persaudaraan dalam agama.

Jadi, meskipun tidak ada hadits yang menyebutkan secara eksplisit frasa “kunjungilah orang yang beriman yang sesat untuk menasehatinya,”. Maka jika ingin memahami nomenklatur frasa naesehat tersebut harus ‘menjiwai’ lebih makna luas innama a’malu binniyah dan berkaca diri, bukan mendahulukan egosentis.

Kesimpulannya lagi lagi, seseorang sejatinya tahu diri siapa kita (pahit getir perjuangan), jangan terlalu over seolah sudah merasakan kesakitan “look like para ulama pejuang riil.”

Sehingga beberapa poin penting jo sub judul artikel, faktor amar maruf lagi lagi sudah disampaikan oleh Ustad AAB. Dan sisi manfaat dari sejarah sosioli poltik dan hukumya, kelak tiada lagi pembenaran atau pembelaan (justifikasi) bagi sosok pemimpin amoral, karena sang tokoh Ustad ABB adalah sosok utama ulama besar negeri ini selain HRS dan beberapa para tokoh ulama lainnya yang tercatat sudah mengamalkan prinsip-prinsip dasar Islam dalam hal memberi nasihat dan amar makruf nahi mungkar.

Salam hormat dari al fakir kepada Al Mukarrom Al Ustad Abu Bakar Baasyir.

(FHD/NRS)

Berita Lainnya

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti
- Advertisement -spot_img

Terkini