KNews.id – Jakarta, Nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi) yang diungkap Bareskrim Polri ternyata tidak sesui dengan tuduhan Roy Suryo Cs. Roy Suryo sebelumnya kerap mengatakan kalau IPK Jokowi nilainya di bawah 2.00.
Transkrip nilai Jokowi selama kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) Fakultas Kehutanan pun sudah diungkap ke publik. Pada transkrip nilai itu, Jokowi mendapat nilai bervariasi mulai dari A sampai D.
Roy Suryo menyebut IPK Jokowi di bawah 2.00 usai pengakuan ayah Gibran Rakabuming Raka itu di seminar Mahfud MD.
“Yang memicu (isu ijazah palsu) sebenarnya Pak Jokowi sendiri. “Tahun 2013 dia bercanda dengan Prof Mahfud MD di bulan Juni 2013 tentang IPK. Singkat kata, waktu itu Pak Mahfud cerita IP-nya 3,8, Pak Jokowi cerita di bawah 2,” kata Roy Suryo.
Bahkan menurut Roy Suryo, hal itu lah yang membuat banyak pihak melakukan analisis terhadap ijazah Jokowi. “Nah publik kemudian bertanya ‘kok IP di bawah 2 kok bisa lulus dari UGM padahal katanya lulusnya 5 tahun?’. Setelah itu muncullah banyak analisis,” sambungnya.
Tak hanya sekali, Roy Suryo bahkan juga membahas soal IPK Jokowi di bawah 2.00 itu dalam wawancara lain. Sambil tertawa, Roy menyinggung isu soal presiden ke-7 itu IPK-nya kurang dari 2.00.
“KHS, kalau kartu hasil studi kan kita malu. Apalagi katanya kalau KHS-nya IP-nya kurang dari 2.00,” kata Roy Suryo dalam wawancara di Kompas TV. Meski begitu Roy Suryo mengaku belum melihat langsung transkrip nilai Jokowi itu. Rupanya transkrip nilai Jokowi itu sudah diungkap oleh Bareskrim Polri pada Kamis (22/5/2025).
Terlihat IP Jokowi untuk kredit wajib di Fakultas Kehutanan UGM adalah 3,25 Lalu IP untuk kredit pilihan, Jokowi mendapatkan IP 2,61. Sehingga total IP untuk kredit wajib + pilihan adalah 3,05.
Dari penayangan daftar nilai Jokowi semasa kuliah di UGM, terkuak bahwa IP Jokowi adalah 3,05, artinya bukan di bawah 2. Namun IPK Jokowi itu juga masih menjadi perdebatan. Sebab ada beberapa pihak yang menduga angka 3 itu persis dengan angka 2.
Sehingga ada juga yang menduga bahwa IPK Jokowi adalah 2,05. Namun ternyata tudingan Roy Suryo soal IPK Jokowi di bawah 2.00 itu tidak benar.
Meski IPK Jokowi 2.05, faktanya IPK-nya masih di atas 2.00, bukan di bawahnya. Sehingga pengakuan Jokowi yang mengaku IPK-nya di bawah 2.00 saat seminar bersama Mahfud MD itu diduga hanya candaan saja.
Sebab, dosen pembimbing akademik Jokowi, Kasmudjo pun sempat mengungkap soal IPK mahasiswanya itu. Pada pengakuan Kasmudjo di tahun 2019, menurutnya Jokowi merupakan satu dari 20 mahasiswa seangkatannya yang siap skripsi untuk dibantu dalam pengambilan data lapangan. Meski bukan pembimbing skripsi resmi, Kasmudjo mengaku kerap membantu Jokowi.
“Jokowi termasuk salah satu yang kita pilih untuk berpartisipasi, sehingga boleh mengajukan judul yang berkaitan dengan pengerjaan penelitian itu. Skripsinya tentang situasi kondisi mebel di Surakarta. Kadang-kadang (Jokowi) memerlukan saya untuk membantu (skripsi), tapi resminya dengan Prof Ahmad Sumitro,” jelasnya.
Kasmudjo juga membenarkan bahwa Jokowi masuk Fakultas Kehutanan UGM tahun 1980 dan lulus pada 1985. Kata Kasmudjo, prestasi Jokowi di atas rata-rata dengan perolehan IPK 3.2.
“Prestasinya di atas rata-rata, sangat bagus tidak, jelek atau kurang juga tidak,” ujarnya. Kasmudjo melanjutkan, Jokowi juga termasuk mahasiswa yang rajin.