KNews.id – Pada hari besar atau aktivitas keagamaan Islam, ceramah kerap kali disampaikan oleh para pemuka agama atau orang yang memimpin jalannya acara. Salah satu topik ceramah yang biasa dibahas yakni mengenai ikhlas. Penyampaian ceramah hendaknya dilakukan dengan baik dan benar. Demikian agar pendengar dapat memahami pesan dan isi dari ceramah yang disampaikan.
Namun, sebagian orang yang tak biasa memberikan ceramah mungkin akan kesulitan dalam membuat materi yang menarik dan pas. Terlebih, ceramah keagamaan memerlukan beberapa dalil yang mendukung topik pembahasan. Karena bakal kasih contoh ceramah singkat tentang ikhlas beserta dalilnya yang bisa kamu jadikan referensi.
Ceramah Singkat Tentang Ikhlas
Berikut beberapa contoh materi ceramah tentang ikhlas yang dinukil dari berbagai sumber:
1. Ceramah Singkat Tentang Ikhlas Dalam Beribadah
Syarat diterimanya ibadah adalah rasa ikhlas sebagaimana firman Allah SWT:
وَلَقَدْ اُوْحِيَ اِلَيْكَ وَاِلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكَۚ لَىِٕنْ اَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ – 65
Artinya: “Sungguh, benar-benar telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang (para nabi) sebelummu, “Sungguh, jika engkau mempersekutukan (Allah), niscaya akan gugurlah amalmu dan tentulah engkau termasuk orang-orang yang rugi.” (QS Az-Zumar: 65)
Dengan ikhlas kita tidak akan tersesat ke jalan yang tidak diridhai Allah SWT, tidak akan menjadi orang yang riya atau sombong, karena sombong itu merupakan sifatnya setan.
Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras dari kerikil-kerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Tetapi jika beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu kecil.
Tetapi banyak dari kita yang beribadah tidak berlandaskan rasa ikhlas kepada Allah SWT, melainkan dengan sikap riya atau sombong supaya mendapat pujian dari orang lain. Hal inilah yang dapat menyebabkan ibadah kita tidak diterima oleh Allah SWT.
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Ikhlaslah dalam beragama, cukup bagimu amal yang sedikit.” Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda,” Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya.”
Imam Syafi’i pernah memberi nasihat kepada seorang temannya,”Wahai Abu Musa, jika engkau berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat seluruh manusia ridha (suka), maka itu tidak akan terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan amalmu dan niatmu karena Allah SWT.”
Karena itu tak heran jika Ibnul Qoyyim memberi perumpamaan seperti ini, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tapi tidak bermanfaat.”
Dalam kesempatan lain ia juga berkata,” Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak mungkin Allah mencela para pendeta ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin Allah SWT mencela orang-orang munafik.”
Dari beberapa contoh hadits di atas menunjukkan bahwa ikhlas itu memang sangat penting bagi umat muslim dalam melaksanakan ibadah, karena tanpa rasa ikhlas dan hanya mengharap ridha dari Allah SWT ibadah kita tidak akan diterima oleh-Nya.
Kita hanya perlu memikirkan Allah, shalat untuk Allah, zikir untuk Allah, semua amal yang kita lakukan hanya untuk Allah. Lupakan semua urusan duniawi, kita hanya tertuju pada Allah. Jangan munculkan rasa riya atau sombong di dalam diri kita karena kita tidak berdaya di hadapan Allah SWT. Rasakanlah Allah berada di hadapan kita dan sedang menyaksikan kita.
Insyaallah, dengan cara di atas anda dapat mencapai ikhlas. Dan jangan lupa untuk berdoa memohon kepada Allah SWT agar kita dapat beribadah secara ikhlas untuk-Nya, Demikianlah yang dapat saya sampaikan, mudah-mudahan bermanfaat. Mohon maaf atas segala kekurangan, billahi taufiq wal hidayah.. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
2. Ceramah Singkat Tentang Ikhlas Dalam Beramal
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Di mana atas berkat perjuangan beliau dan para sahabatnya sehingga kita dapat merasakan indahnya islam seperti sekarang ini.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Pada kesempatan kali ini saya akan menyampaikan ceramah singkat mengenai ikhlas. Dalam arti yang sering kita ketahui bahwa ikhlas merupakan segala sesuatu yang dilakukan tanpa mengharapkan imbalan apapun. Arti ikhlas ini sudah benar, tetapi kurang tepat.
Dalam agama islam, ikhlas berarti melakukan sesuatu karena Allah SWT. Perihal ibadah misalnya, ikhlas berarti melakukan ibadah karena Allah SWT, bukan karena yang lain. Bukan juga karena ingin dipuji, ingin terlihat sholeh, tetapi memang benar-benar karena Allah SWT.
Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah Al-Bayyinah ayat 5:
وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ – 5
Artinya: “Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istiqomah), melaksanakan sholat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus (benar).”
Ikhlas akan menjadi sangat. penting untuk diaplikasikan dalam kehidupan, sebab pada setiap amalan yang kita lakukan tanpa didasari dengan keikhlasan maka amalan tersebut dipandang tidak sah di hadapan Allah.
Ikhlas juga menjadi alat ukur pada setiap amalan yang kita lakukan, semakin kita ikhlas maka pahala yang akan kita dapatkan juga akan semakin besar. Semakin ikhlas seseorang dalam beramal, maka akan semakin besar pula balasan yang akan diterima.
3. Ceramah Singkat Tentang Hakikat Ikhlas
Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, yang telah yang telah banyak mengajarkan kepada kita tentang keikhlasan. Ikhlas merupakan salah satu sunnahnya. Oleh sebab itu, kita diharuskan untuk senantiasa mengikutinya.
Ikhlas adalah amaliah hati yang tingkatannya sangat tinggi. Ikhlas berbeda dengan sabar, yang merupakan penerimaan atas suatu ketetapan, ketentuan dan sesuatu yang mengenai diri seseorang.
Ikhlas justru sebaliknya, di mana baru akan terlihat setelah terjadinya suatu amal. Orang yang ikhlas dalam beramal adalah mereka yang merasa seakan-akan tidak melakukan amal itu. Kita biasa menganalogikan ikhlas seperti halnya bekerja tanpa minta upah.
Saking tingginya amalan ini, ibadah yang mengharapkan surga belum terhitung ikhlas sebab masih mengharapkan upah dari Allah SWT. Akan tetapi, tingkatan ini sudah sangat tinggi, tidak untuk orang awam seperti saya dan Anda. Kita ini tingkatannya masih rendah.
Tapi, bukan berarti beramal karena mengharap surga dan takut neraka itu tidak baik. Menurut Imam Al-Ghazali, beramal karena mengharap surga itu hukumnya sah dan bagus serta berfaedah untuk diterimanya suatu amal.
Menurut Imam Al-Ghazali, hakikat ikhlas adalah kemurnian niat dari kotoran-kotoran yang mencampurinya. Mau sholat, ya sholat aja. Makan ya makan aja. Pergi ya pergi aja. Tanpa memikirkan hal-hal lain.
Allah SWT berfirman melalui Al-Qur’an pada Surat Al-Bayyinah ayat 5:
وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ – 5
Artinya: “Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istiqomah), melaksanakan sholat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus (benar).” (QS Al-Bayyinah: 5)
Ayat tersebut menunjukkan bahwa betapa tingginya derajat sifat ikhlas. Dengan ikhlas, semua orang dengan profesinya masing-masing telah menjadi seorang sufi (orang yang bersih hatinya). Dengan didasari rasa ikhlas ini, seorang pedagang akan menjadi pedagang yang baik dan jujur, seorang petani menjadi petani yang baik, seorang pejabat menjadi pejabat yang baik, dan seterusnya.
Menurut Imam Al-Ghazali, “Semua manusia akan rusak, kecuali manusia yang berilmu. Semua manusia berilmu akan rusak, kecuali yang mengamalkan ilmunya. Semua manusia berilmu yang mengamalkan ilmunya akan rusak, kecuali yang ikhlas. Dan orang-orang yang ikhlas pun masih dalam keadaan kekhawatiran yang besar.”
Dari ungkapan Imam Al-Ghazali tersebut, semua ilmu dan amal akan sia-sia jika di dalamnya tidak ada sifat ikhlas. Ilmu dan amal itu tidak dapat dibanggakan. Bagaimana mau dibanggakan, sedangkan yang ikhlas saja masih dalam keadaan khawatir yang besar.
Maka, bapak ibu dan sahabatku sekalian. Mari, mulai saat ini kita tanamkan rasa ikhlas. Ke mana pun kita pergi, jangan lupa kita kantongi tuh ikhlas. Seperti saat ini, kalau kita sedang membawa uang, mari sisihkan ke kotak amal. Syukur-syukur yang jumlahnya besar. Sebab menurut Imam Al-Ghazali, sifat ikhlas mempunyai prinsip dan hakikat. Kalau kita sudah mencari-cari alasan, prinsip dan hakikat itu akan hilang.
4. Ceramah Singkat Tentang Makna Ikhlas
Rasulullah SAW. berpesan kepada umatnya: “Sungguh, sahnya amal itu tergantung niat. Bagian setiap orang (dari amalnya) adalah niatnya. Barang siapa hijrahnya karena Allah SWT dan rasul-Nya, maka hijrahnya karena Allah SWT dan rasul-Nya (diterima dan mendapat pahala). Barang siapa hijrahnya karena dunia yang dicapai atau perempuan yang dinikahi maka hijrahnya karena tujuan tersebut (tercela, tidak diterima di sisi Allah SWT dan tidak mendapat pahala).”
Begitu luas makna dari hadis di atas, bahkan dikatakan hadis tersebut merupakan separuh ilmu. Bagaimana tidak, amal yang dikerjakan oleh setiap orang muslim sangat-sangat bergantung pada niat. Bahkan tidak berlebihan kiranya jika dikatakan niat lebih utama daripada amal. Sebab, balasan dari amal seorang muslim tergantung oleh niatnya.
Az-Zarnuji dalam Ta’lim al-Muta’allim menjelaskan: “Banyak amal perbuatan yang berbentuk amal dunia, lalu menjadi amal akhirat karena bagusnya niat, dan banyak pula amal yang berbentuk amal akhirat, kemudian menjadi amal dunia karena buruknya niat.”
Andai kita mau berangan-angan, sekilas orang yang tidak makan sejak fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat puasa itu sama saja dengan orang yang tidak makan tanpa niat puasa.
Mereka berdua sama-sama kehausan, sama-sama kelaparan, lemas dan kurang tenaganya karena tidak makan dan minum. Akan tetapi orang yang pertama mendapat pahala ibadah puasa karena telah niat puasa. Sementara orang yang kedua tidak mendapat apa-apa kecuali rasa lapar dan haus. Karena apa? Tentu jawabannya karena tidak terbesit di dalam hatinya untuk niat puasa, beribadah kepada Allah SWT.
Hadirin yang dirahmati Allah, maka dari itu sangat penting kiranya kita murnikan setiap aktifitas yang kita jalankan untuk beribadah kepada Allah SWT. Imam Al-Ghazali menjelaskan, ikhlas adalah sebagaimana sabda Rasulullah SA ketika ditanya tentang ikhlas. Dalam kitab Ihya’ Ulumuddin, Imam Al-Ghazali menjelaskan:
“Penjelasan yang tuntas (terkait ikhlas) adalah penjelasan pemimpin setiap makhluk yakni Nabi SAW saat ditanya perihal ikhlas. Rasulullah SAW menjelaskan (ikhlas adalah) kamu berkata: ‘Allah SWT adalah Tuhanku.” Lantas kamu konsisten sebagaimana kamu diperintah. Artinya jangan kamu sembah hawa nafsu kamu, jangan kamu sembah selain Tuhan kamu dan kamu konsisten dalam beribadah kepada Allah SWT. Penjelasan demikian memberi isyarat untuk menghilangkan selain Allah dalam pandangan dan inilah hakikatnya ikhlas.”
Sederhananya, yang dapat mengukur taraf keikhlasan adalah diri kita sendiri. Bagaimana kita mengarahkan hati dan pikiran supaya beramal murni untuk Allah SWT. Menghilangkan tujuan-tujuan lain yang dapat merusak amal sehingga apa yang kita lakukan tidak ada artinya.
5. Ceramah Singkat tentang Ikhlas Sebagai Syarat Diterimanya Amal
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad SAW. Kemudian keluarga, sahabat-sahabatnya, serta pengikutnya sampai akhir zaman
Sesungguhnya tujuan utama agama Islam adalah agar manusia beribadah kepada Allah SWT dengan ikhlas. Allah SWT berfirman:
وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ – 5
Artinya: “Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istiqomah), melaksanakan sholat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus (benar).” (QS Al-Bayyinah: 5)
Ikhlas secara bahasa artinya memurnikan sesuatu dan membersihkannya dari campuran. Secara istilah ada beberapa arti, di antaranya adalah:
Ikhlas adalah penyucian niat dari seluruh noda dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT. Noda di sini misalnya mencari perhatian makhluk dan pujian mereka.
Ikhlas adalah pengesaan Allah SWT dalam niat dan ketaatan.
Ikhlas adalah melupakan perhatian makhluk dan selalu mencari Allah Ta’ala.
Ikhlas adalah seorang berniat mendekatkan diri kepada Allah dalam ibadahnya.
Ikhlas adalah samanya perbuatan seorang hamba antara yang nampak dan yang tersembunyi.
Singkatnya, ikhlas adalah seseorang beribadah dengan niat mendekatkan diri kepada Allah,
mengharapkan pahala-Nya, takut terhadap siksa-Nya dan ingin mencari ridha-Nya.
(Zs/Dtk)
Discussion about this post