Kalaupun masih ada, dia berujar, letaknya agak berjauhan dan tersebar. Sehingga secara teknis membuat industri agak sulit untuk mengembangkan dan menggelar fiber optic. Hal itu juga menunjukan bagaimana potensi pasar relatif besar jika harga bulanannya hanya sekitar Rp 150 ribu ke bawah. “Ini potensinya besar,” kata dia.
Angkanya, Ririek menyebutkan, dari sekitar 65-70 juta rumah yang sudah dilayani fiber optik baru sekitar 15 persen yang aktif mau membayar rutin bulanan. “Jadi masih sangat sedikit,” ujar Ririek. (Bay/Tmp)