spot_img
Jumat, Maret 29, 2024
spot_img

Strategi PKI ‘Menangkan’ Hati Rakyat di Pemilu Sebelum Peristiwa G30S!

KNews.id- Partai Komunis Indonesia (PKI) sempat berjaya sebelum dilarang karena menjadi partai ilegal. Salah satunya ada kisahnya di Kota Malang yang tak bisa dilepaskan dari pergerakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di era tahun 1955. Pada masa Pemilu 1055, PKI menjadi magnet baru bagi masyarakat Malang.

Bahkan sejumlah mobilisasi dan pertemuan massal PKI dilakukan di Malang, yang dihadiri ratusan ribu simpatisan. Rapat-rapat akbar ini terjadi jauh sebelum peristiwa kekejaman PKI di malam 30 September 1965, atau yang dikenal dengan gerakan G30 S PKI. Sejarawan Malang Faishal Hilmy Maulida mengungkapkan, momen bersejarah melonjaknya PKI terjadi di sekitar tahun 1955 di Malang.

- Advertisement -

Kala itu Pemilu 1955 memang mau digelar sehingga secara masif PKI mengadakan berkali-kali rapat akbar. PKI pernah menggelar rapat Akbar di Alun-alun Malang yang dihadiri sekitar 200 ribu masyarakat. Di sini masyarakat disuguhkan oleh pertunjukan karnaval – karnaval yang ditampilkan.

“Pertemuan akbar di Malang itu klaimnya harian rakyat di alun – alun kurang lebih 200 ribu hadir, dihadiri oleh anggota PKI komunis Australia,” ucap Faishal Hilmy Maulida, pada Kamis (29/9).

- Advertisement -

Menariknya saat itu, sempat terjadi ketegangan antara pimpinan PKI DN Aidit dengan pimpinan Partai Masyumi Hasan Aidid di Malang. Saat itu entah bagaimana ceritanya Hasan tiba dari Surabaya ke Malang di saat PKI tengah melakukan rapat akbar di Alun – Alun Malang.

“Sempat terjadi kericuhan rombongan Hasan Aidid dari Masyumi Surabaya, bertemu rombongan DN Aidit karena mereka beradu makian, dan ini kejadian yang menarik dan kejadian besar saat itu, karena memang suasananya menjelang pungutan suara tahun 1955,” tutur dosen Sejarah di Binus University Malang ini.

- Advertisement -

Tapi saat itu disebut Faishal, media memberitakan kronologi penyebab yang berbeda – beda. Bila media yang terafiliasi PKI menyebut Hasan Aidid-lah yang menjadi penyebabnya lantaran sengaja datang merusak rapat akbar PKI di Malang. Tetapi versi lain menyebutkan adanya provokasi yang dilakukan pimpinan PKI saat rapat akbar di Malang.

Menurut Faishal, pemimpin PKI memilih untuk menyiasati langsung turun ke masyarakat menjelang pemilihan umum. Hal ini membuat masyarakat merasa simpati dan mudah untuk direbut hatinya.

“Para pemimpin mereka mau turun langsung ke wilayah terutama menjelang pemilihan. Berikutnya tanggal 29 Oktober pemilihan DPRD di Jawa timur jadi Pimpinan partai turun langsung, Aidit ke Lumajang, Lukman ke Surabaya dan lain – lain. Aidit memberikan rapat akbar di Lumajang, Lukman ke Surabaya dan sebagainya,” terangnya.

Suguhan karnaval dan pertunjukan seni membuat warga di Malang juga turut tertarik untuk mendukungnya. Selebaran – selebaran dengan logo PKI juga menjadi propaganda PKI di setiap daerah. Kelemahan masyarakat Indonesia akar rumput, yang belum bisa membaca huruf latin dipahami betul oleh PKI.

“Di setiap acara ada hiburan – hiburan, karnaval – karnaval agar menarik orang mencoblos partai ini. Kemudian mereka juga sangat aktif dalam menyebarkan selebaran – selebaran yang di setiap selebaran, selalu menonjolkan logo partai yang lebih besar daripada narasinya termasuk membuat karnaval-karnaval,” paparnya.

“Setiap karnaval PKI yang ditonjolkan adalah simbol-simbol palu arit, karena masyarakat kita masih umumnya masih buta huruf latin, jadi orang yang tahu logonya ini familiar dilihat mata ya pasti akan dicoblos,” tambahnya.

Untuk merayu kalangan menengah ke atas, PKI menawarkan riset terhadap kondisi sosial masyarakat kala itu.

Persoalan mulai dari kesenjangan gaji buruh pria dan wanita, kesenjangan gaji guru dan buruh, dan persoalan sosial ekonomi menjadi tajuk PKI menggalang dukungan di Malang.

“Hasil riset tersebut kemudian nantinya dipublikasikan di media, nanti mereka akan memberikan solusi saat partai memimpin kendali pemerintahan atau melalui parlemen nanti,” ucap Faishal kembali.

Upaya ini membawa hasil cukup besar, bahkan perolehan suara PKI disebutkan naik berkali-kali lipat di Pemilu DPRD pada tahun 1957.

“Suara PKI di Malang dan di Jawa Timur itu progresnya naik dari Pemilu DPR bulan September kemudian naik di Pemilu konstituante naik berkali lipat juga di pemilihan DPRD tahun 1957,” tandasnya. (AHM/okzon)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini