spot_img
Minggu, Mei 19, 2024
spot_img

‘Senjata’ Baru Putin Ampuh! Eropa akan Bertekuk Lutut?

KNews.id- Presiden Rusia, Vladimir Putin, berencana akan menjual gas Rusia dalam Rubel, bukan dengan dolar atau euro. Hal ini dilakukannya sebagai buntut dari rentetan sanksi yang dilakukan oleh beberapa negara.

Hal ini dia sampaikan pada Rabu (23/3) malam dalam pertemuan yang disiarkan televisi dengan para menteri tinggi pemerintah. Diketahui, sejumlah negara, terutama Eropa, memang bergantung pada energi dari Rusia.

- Advertisement -

“Rusia akan terus, tentu saja, untuk memasok gas alam sesuai dengan volume dan harga … tetap dalam kontrak yang disepakati sebelumnya,” ujar Putin, dikutip CNBCInternational, Sabtu (26/3).

“Mata uang pembayaran … akan diubah ke rubel Rusia,” tambahnya.

- Advertisement -

Keputusan ini diberlakukan untuk negara-negara yang tak bersahabat dengan Rusia termasuk anggota Uni Eropa, Inggris, dan Amerika Serikat. Sebelumnya, akibat serangan ke Ukraina, Moskow diberondong sanksi oleh Barat termasuk larangan masuk, pembekuan aset, pemutusan dari sistem pembayaran global dan larangan ekspor.

Putin mengatakan pemerintah dan bank sentral memiliki waktu satu minggu untuk menemukan solusi tentang bagaimana memindahkan operasi ini ke mata uang Rusia. Raksasa gas negara itu, Gazprom juga akan diperintahkan untuk membuat perubahan yang sesuai pada kontrak gas.

- Advertisement -

Sementara itu, Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan pada bahwa permintaan Putin merupakan pelanggaran kontrak. Habeck mengatakan bahwa Berlin akan membahas tanggapan dengan mitra Eropa.

Sebagian besar transaksi komoditas global dibanderol dalam dolar dan pada sebagian kecil dengan euro. Transaksi perdagangan gas dari Rusia akan sulit jika rubel disahkan jadi mata uang yang berlaku. Hal ini dipandang jadi kesempatan untuk peninjauan ulang bagi negara Uni Eropa untuk kontrak pembelian gas dengan Rusia.

“Bersikeras pada pembayaran rubel dapat memberi pembeli alasan untuk membuka kembali aspek lain dari kontrak mereka , seperti durasi dan hanya mempercepat keluarnya mereka dari gas Rusia sama sekali,” kata Vinicius Romano, analis senior di perusahaan konsultan Rystad Energy.

Kebijakan Putin ini jelas jadi pukulan lain bagi Eropa, karena akan berdampak ke para pedagang yang akan lebih takut untuk membeli gas dari Rusia. Hal ini membuat banyak pedagang takut untuk bertransaksi dengan segala hal yang berhubungan dengan Rusia.

Uni Eropa sendiri bergantung pada 41% impor gas dan 27% minyak dari Rusia. Pasokan yang terbatas akan membuat harga energi kian mahal. Setelah pernyataan Putin, harga gas Eropa melonjak 18,49% menjadi Euro 117 per MWh. Alhasil, inflasi Uni Eropa diperkirakan meroket 6,5% year-on-year pada bulan Maret.

Untuk itu, Komisi Eropa mengusulkan undang-undang yang akan menetapkan tingkat penyimpanan gas alam minimum 80% sebuah langkah yang dimaksudkan untuk memastikan pasokan energi yang cukup untuk melewati musim pemanasan musim dingin berikutnya. Komisi juga memberikan opsi untuk kemungkinan tindakan darurat untuk menghadapi lonjakan harga listrik.

Caranya termasuk kompensasi finansial, baik di tingkat eceran atau grosir, atau batasan peraturan untuk harga maksimum yang dapat dikenakan untuk gas. Bahkan jika Uni Eropa harus beralih ke batu bara pun tidak akan membantu karena Rusia berperan 46,7% terhadap impor keseluruhan. (AHM/cnbc)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini