spot_img
Jumat, April 26, 2024
spot_img

Sekarang, Erick Memuji Krakatau Steel

KNews – Sekarang, Erick memuji Krakatau Steel. Menteri Badan Usaha Milik NEgara (BUMN) Erick Thohir mengapresiasi kinerja PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) yang berhasil mencatatkan laba bersih Rp 1,06 triliun per 30 November 2021 lalu.

Capaian ini bisa didapat oleh perusahaan setelah melakukan restrukturisasi keuangan dan bisnis. Hal ini disampaikan Erick dalam unggahannya di akun instagramnya @erickthohir.

- Advertisement -

“Krakatau Steel sampai dengan akhir tahun 2021 telah sukses menjalankan restrukturisasi dan transformasi. Hingga November 2021, perseroan berhasil membukukan laba Rp 1,06 triliun. Selain itu perusahaan mencatat rekor produksi HRC dan CRC yang membuktikan semakin efisien dan kompetitif,” tulis Erick dalam unggahannya.

Selain kinerja keuangan yang membaik, perusahaan juga berhasil mencatatkan produksi tertinggi sepanjang sejarah perusahaan yakni mencapai 80.032 ton.

- Advertisement -

Krakatau Steel juga menambah kapasitas produksi untuk pabrik hot strip mill (HSM) 2 berkapasitas 1,5 juta ton.

“Transformasi dan restrukturisasi Krakatau Steel akan terus berlanjut untuk peningkatan Kinerja yang lebih baik, untuk Krakatau Steel tangguh,” kata dia.

- Advertisement -

Pujian ini disampaikan Erick setelah sebelumnya pada Desember 2021 lalu dia mengatakan ada kemungkinan perusahaan baja ini bisa default atau bangkrut. Sehingga, KRAS perlu melakukan sejumlah langkah restrukturisasi.

Dia menjelaskan, ada 3 langkah restrukturisasi yang dilakukan untuk Krakatau Steel. Jika tiga langkah itu tidak jalan maka Krakatau steel akan bangkrut.

“Ada tiga langkah restrukturisasi, problem-nya langkah ketiga ini macet,” kata Erik dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI.

Erick bercerita, dulu ada investasi krakatau steel dalam pembuatan pabrik blast furnace seharga US$ 850 juta pada 2008. Namun, proyek ini mangkrak, dan tidak memberikan manfaat. Sempat ada harapan proyek ini diambil alih China namun gagal.

“Barang ini enggak bisa diapa-apain, sempat ada harapan bahwa ada teknologi pembuatan baja dari pasir besi dan harganya bisa kompetitif dari proses yang selama ini ada. Kemarin juga ada diskusi dengan partner china mereka mau ambil alih blast furnace ini,” ungkapnya.

“Mereka mau membenahinya secara total dan sempat tambah duit tapi batal karena harga baja naik sehingga bangun pabriknya bisa dua kali lipat. Ini jadi alasan mereka mundur,” katanya

Lalu langkah kedua yang sedang diambil mengenai negosiasi kerja dengan salah satu perusahaan baja Posco sebagai pemilik saham terbesar KRAS, dengan porsi 70%.

Langkah terakhir adalah kemungkinan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA) untuk berinvestasi di Krakatau Steel.

“Ini krusial kalau ketiga gagal, kedua gagal, pertama gagal, maka Desember ini (Krakatau Steel) bisa default,” tandasnya. (RKZ/cnbc)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini