spot_img
Rabu, April 24, 2024
spot_img

Rusia: Wahai, NATO akan terdapat Perang Nuklir Besar-besaran di Ukraina!

KNews.id- Rusia kembali memberikan peringatan akan potensi perang nuklir apabila Amerika Serikat dan NATO terus ‘campur tangan’ dalam konflik yang terjadi di Ukraina.

Mantan presiden sekaligus salah satu sahabat terdekat Vladimir Putin, Dmitry Medvedev, memperingatkan Barat bahwa meningkatnya dukungan militer yang diberikan kepada Ukraina oleh Amerika Serikat dan sekutunya berisiko memicu konflik antara Rusia dan aliansi militer NATO.

- Advertisement -

Medvedev yang sekarang menjabat Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia mengatakan konflik seperti itu dengan NATO selalu membawa risiko perang nuklir besar-besaran.

“Negara-negara NATO memasok senjata ke Ukraina, melatih pasukannya untuk menggunakan peralatan Barat, mengirim tentara bayaran, dan latihan negara-negara aliansi di dekat perbatasan kita meningkatkan kemungkinan konflik langsung dan terbuka antara NATO dan Rusia,” kata Medvedev dalam sebuah posting Telegram, dikutip Reuters, Jumat (13/5/2022).

- Advertisement -

“Konflik seperti itu selalu memiliki risiko berubah menjadi perang nuklir penuh,” kata Medvedev. “Ini akan menjadi skenario bencana bagi semua orang.”

Menurut Asosiasi Kontrol Senjata yang berbasis di Washington, Rusia dan Amerika Serikat sejauh ini adalah kekuatan nuklir terbesar di dunia. Rusia memiliki sekitar 6.257 hulu ledak nuklir, sementara tiga kekuatan nuklir NATO – Amerika Serikat, Inggris dan Prancis – memiliki sekitar 6.065 hulu ledak gabungan.

- Advertisement -

Adapun, serangan Rusia ke Ukraina yang dimulai pada 24 Februari lalu telah menewaskan ribuan orang, menghancurkan bekas tetangga Sovietnya itu, dan menimbulkan kekhawatiran akan konfrontasi paling parah antara Rusia dan Amerika Serikat sejak krisis rudal Kuba pada 1962.

Putin mengatakan serangan yang disebut “operasi militer khusus” di Ukraina diperlukan karena Amerika Serikat menggunakan Ukraina untuk mengancam Rusia dan Moskow harus bertahan melawan penganiayaan terhadap orang-orang berbahasa Rusia. (AHM/cnbc)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini