Apalagi posisi rupiah tersebut sudah jauh melebihi asumsi kurs dalam perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 sesuai Peraturan Presiden No.98 tahun 2022 yang dipatok Rp 14.450.
Bukan tanpa alasan, status Indonesia sebagai negara pengimpor minyak atau net importir mau tak mau sangat bergantung pada pembelian dari luar negeri yang tentunya menggunakan dolar AS.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abra Talattov mengatakan, kondisi ini bisa memengaruhi harga keekonomian BBM, khususnya Pertalite.
“Saya pikir yang juga fundamental mempengaruhi harga keekonomian BBM khususnya Pertalite adalah stabilitas nilai tukar kita. Nilai tukar Rupiah kita kan sekarang sudah 15.300-an, masih ada risiko lemah,” ungkap Abra belum lama ini.