Kedua, dari sisi neraca dagang, nilai ekspor dalam rupiah dikhawatirkan akan turun, walaupun secara volume akan sama.
“Impor dalam rupiah juga akan turun. Tetapi, ini akan mendorong adanya competitiveness terhadap barang-barang impor normal goods atau barang dengan utilitas yang sama dengan di dalam negeri,” paparnya.
Ketiga, aset portofolio di Indonesia seakan-akan relatif lebih outperfomed, terlepas dari nilainya berubah atau tidak.
Keempat, nilai Global Bonds akan turun. Sebab, secara nominal, jumlah rupiahnya berkurang.
Kelima, ekspektasi pasar akan stabilitas rupiah akan lebih kuat. “Akan ada harapan dari market terhadap rupiah yang relatif lebih kuat dan pasar keuangan Indonesia secara keseluruhan akan lebih positif,” paparnya. (Ach/Ktn)