spot_img
Rabu, April 24, 2024
spot_img

RRC akan Menggelar Perang sebelum 2050, Kata Andi Widjajanto di Sidang MK

KNews – RRC akan gelar perang sebelum 2050 kata Andi Widjajanto di sidang MK. Andi menjadi ahli pemerintah dalam uji materi UU Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara (PSDN) terkait komponen cadangan (komcad).

Andi membeberkan China sedang menyiapkan perang untuk menguasai samudra Hindia pada 2050.

- Advertisement -

Awalnya, Andi ditanya kuasa pemohon, Hussein Ahmad dalam sidang di MK soal sikapnya yang berubah terkait komponen cadangan di UU PSDN.

“Pertama, statement saudara pada tanggal 13 Agustus 2010 dengan judul Pembentukan Komponen Cadangan Tidak Mendesak. Saudara mengatakan bahwa pembentukan komponen cadangan dalam sistem pertahanan Indonesia, dalam sistem pertahanan Indonesia saat ini bukanlah hal yang sangat mendesak. Alasannya Saudara katakan ‘saat ini Indonesia memang tidak dalam posisi bersiap untuk bertahan untuk berperang’. Pertanyaannya apakah dengan kemudian dibentuknya komponen cadangan sekarang dalam Undang‐Undang PSDN ini, apakah Indonesia sedang bersiap untuk berperang?” kata kuasa pemohon, Hussein Ahmad dalam sidang di MK yang disiarkan secara live di Chanel YouTube MK.

- Advertisement -

Menjawab pertanyaan itu, Andi berdalih pendapat pada 2010 karena didasari kondisi global waktu itu masih kondusif. Saat itu, AS dan China masih adem hingga muncul Trump yang meningkatkan eskalasi hubungan kedua negara.

“Kalau dilihat dari eskalasi dinamika ancaman yang terjadi, ya, memang ketegangan antarnegara besar di kawasan ini semakin meningkat, ya. Pada saat saya membuat tulisan itu tahun 2010, tidak ada kondisi‐kondisi yang terjadi antara misalnya Trump dengan China yang mengarah kepada trade world, yang mengarah kepada embargo perusahaan‐perusahaan IT‐nya China, embargo teknologi‐teknologinya China, tidak ada seperti itu,” jawab Andi Widjajanto yang juga mantan Sekretaris Kabinet itu.

- Advertisement -

Selain itu, Andi menilai analisanya hubungan China-AS mereda pasca Biden naik menjadi Presiden AS meleset.

“Saya sebagai analisis hubungan internasional, tadinya menduga bahwa dengan kemunculan Biden dari Partai Demokrat akan ada peredaan ketegangan antara China dengan Amerika Serikat, dan ternyata tidak. Ketegangannya makin tinggi,” ujar Andi.

Andi menilai China melakukan rencana strategis selama 70 tahun lebih. Tahap pertama 1980 sampai 2000. Tahap kedua, tahun 2000 sampai 2020. Tahap ketiga, tahun 2020 sampai 2050.

“Di tahap kedua, rensra-nya China 2000 sampai 2020 mereka siap menggelar kekuatan, memenangkan perang Laut Cina Selatan. Nanti di tahun 2020 sampai 2050, mereka siap menggelar kekuatan, menang perang di dua titik sekaligus sebagai patokannya. Yaitu Guam di Samudra Pasifik dan Diego Garcia di Samudera Hindia,” beber Andi.

Andi membandingkan strategi China dengan strategi Jepang dalam menyiapkan perang. Di mana Jepang menyeret dunia pada Perang Dunia II.

“China menyiapkannya perencanaan 70 tahun dimulai 1980. Terakhir kali ada negara di kawasan ini dengan perencanaan strategis 70 tahun, negara itu adalah Jepang, perencanaannya dimulai 1870, perencanaannya disebut Restorasi Meiji, selesai tahun 1940, boom, 7 Desember 1941 dia menyerang Pearl Harbor,” kata Andi menegaskan.

Atas analisa itu, Andi menilai diperlukan kesiapan oleh Indonesia secara dini.

“Nah, ini yang membuat saya, loh perangnya kemungkinannya akan bertambah dan Indonesia harus secara dini menyiapkan untuk itu,” beber Andi.

“Kita perencanaannya untuk masa Reformasi dimulai tahun 2006, berhenti tahun 2024, disebut sebagai kekuatan pertahanan minimum 2024. Jadi kalau sekarang apakah ada perkembangan dinamika lingkungan yang signifikan antara tadi tulisan saya 2010 dengan kondisi tahun 2018 sampai 2021? Ya. Apakah akan mengarah ke eskalasi ancaman yang semakin memperbesar peluang perang? Ya, terutama karena ada ketegangan antarnegara besar Amerika Serikat di kawasan ini dan ketegangan itu tidak tampak mereda walaupun misalnya terjadi perubahan kepemimpinan di Amerika Serikat yang secara ideologi politik Partai Demokrat mestinya akan cenderung menggunakan langkah-langkah demokratis, ketimbang Trump di masa Republik,” sambungnya. (RKZ/dtk)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini