Oleh: Damai Hari Lubis, Pengamat Hukum dan Politik Mujahid 212
KNews.id- Wacana peleburan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) dan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) sebagai koalisi besar partai – partai yang lolos ambang batas suara di pemilu 2019 akan bergabung pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2024. Yang terdiri dari partai – partai Gerindra, Golkar, PKB, PAN, dan PPP. Dengan calon presiden Prabowo Subianto (PS) dengan tokoh sentral Jokowi selaku King Maker, kemungkinan terwujud.
Atau adakah kemungkinan hanya ada 2 (dua) bakal capres, atas dasar pertimbangan politisnya adalah, jika suara terbagi 3 (tiga) kelompok capres maka beresiko Anies menang satu kali putaran ? Untuk itu demi hitungan strategi politik mencegah Anies Baswedan memenangkan dan menduduki kursi RI.1. Maka alasan untuk hanya ada 2 (dua) capres perlu pengkalkulasian politik, khususnya oleh kalangan publik pemerhati bakal capres di 2024 oleh sebab Anies sering dipojokan sebagai bakal calon yang memiliki basis politik (kaum) identitas.
Namun untuk beralasan akan hanya ada dua calon, jika asumsinya adalah kemingkinan PDIP. Akan bergabung dengan memberikan dukungan untuk Anies Baswedan sebagai capres 2024. Tentunya asumsi ini keliru. Karena tokoh – tokoh kaliber PDIP. baik Hasto, Budiman Sudjatmiko dan atau Rubka Cipta Ning (tokoh nasionalis yang condong ke Sosilais) mustahil atau dengan kata lain, mereka tak bakal sudi bergabung mendukung Anies Baswedan untuk menjadi RI.1.
Jadi kemungkinan selain menjadikan Capres dari kader sendiri sebagai pilihannya PDIP. Paling tidak ” altenatif ditikungan terakhir ” PDIP. maka PDIP. Terpaksa mau gak mau, suka gak suka akan gabung ke PS. Dibawah komando Jokowi.
