spot_img
Kamis, Maret 28, 2024
spot_img

Pengurus Muhammadiyah Kota Bogor Minta Sidang Isbat Dihilangkan

KNews.id- Pengurus Muhammadiyah Kota Bogor Minta Sidang Isbat Ditiadakan
Sidang isbat untuk menentukan awal bulan khususnya Ramadhan, Syawal dan Dzulhijah perlu dihilangkan dan diganti dengan penyeragaman kalender Islam internasional.

“Sidang isbat kurang bermakna kalau sudah diketahui jauh-jauh hari sebelumnya. Sidang isbat yang akan dilaksanakan tanggal 29 Ramadhan 1442 H nanti atau bertepatan dengan 11 Mei 2021, menurut pendapat saya pribadi sebenarnya adalah sidang untuk menetapkan sesuatu yang sudah pasti, yakni menetapkan tanggal 1 Syawal 1442 H jatuh pada tanggal 13 Mei 2021 baik menggunakan rukyatul hilal dengan kriteria imkanur rukyat ataupun hisab wujudulhilal,” kata Ketua Majelis Pustaka dan Informasi Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Bogor Taufik Tirkaamiasa, Ahad (9/5).

- Advertisement -

Kata Taufik, di era digital seperti sekarang ini, masyarakat memerlukan kepastian pengumuman jauh-jauh hari sebelumnya untuk awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijah. “Semakin cepat diumumkan tentu akan semakin baik, karena masyarakat dapat merencanakan berbagai kegiatan, program kemasyarakatan, keluarga maupun pribadi secara lebih dini,” ungkapnya.

Ia mengatakan, pelaksaan sidang isbat seolah-olah tidak mendorong atau mendukung akan pentingnya pembuatan kalender Islam. “Ingin tahu tanggal 1 Syawal, 1 Ramadhan atau 1 Dzulhijjah harus menunggu siding isbat?” tanya Taufik.

- Advertisement -

Kata Taufik, dalam mengatasi persoalan penentuan awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijah perlu adanya kalender Islam internasional. “Kemenag melalui BHR (Badan Hisab dan Rukyat), ormas-ormas Islam para ahli astronomi perlu kerja keras melalui peningkatan pemahaman pertemuan untuk mewujudkan kalender Islam International,” jelasnya.

Kalender menjadi salah satu alat yang paling penting dalam peradaban manusia. Keberadaan kalender akan sangat membantu banyak orang yang hidup di zaman modern ini untuk mengingat waktu dan mengaturnya secara tepat.

- Advertisement -

Taufik mengatakan, dapat dikatakan mustahil manusia dapat melakukan interaksi dan perjanjian tanpa menilik kalender sebagai alat manajemen waktu. “Kalender dapat menjadi alat bantu bagi manusia untuk merencanakan berbagai kegiatan di masa depan. Bagi agama Islam, kalender tidak saja berfungsi sosial, tetapi juga berfungsi spiritual,” paparnya.

Selain itu, ia mengatakan, pada 2022 sampai 2025 bakal terjadi perbedaan dalam penetapan hari-hari penting di kalender Hijriah. Pada 2022 diprediksi terjadi perbedaan penetapan Idul Adha. Sebab, pada saat itu bulan baru berada di 1,9 derajat di atas ufuk. Kemudian, pada 2023 terjadi perbedaan pada penetapan Lebaran sekaligus Idul Adha. Sebab, tinggi hilal menjelang Lebaran 1,7 derajat dan saat penetapan Idul Adha tinggi hilal 0,9 derajat.

Pada 2024 bakal terjadi perbedaan penetapan awal Ramadhan karena tinggi hilal hanya 0,8 derajat di atas ufuk. Berikutnya, pada 2025 kembali terjadi perbedaan pada penetapan Idul Adha karena tinggi hilal hanya 1,4 derajat.

Data hisab dari tahun 2022 sampai 2025, menurut Taufik perbedaan itu sendiri seharusnya tidak akan terjadi di kalangan penggunaan rukyatul hilal dengan kriteria imkanur rukyatnya, karena dengan instrumen imkanur rukyat sebetulnya sudah diketahui awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijah. Jadi sidang isbat hanya mensyahkan saja secara syar’i setelah actual sighting (pelaksanaan rukyah).

“Artinya tetap saja sebenarnya sidang isbat kurang bermakna, sebab kalau sudah tidak memenuhi kriteria imkanur rukyat, kesaksian rukyatul hilal akan ditolak meski sudah disumpah sekalipun. Supaya lebih bermakna mungkin bentuk atau formatnya harus diubah disesuaikan dengan perkembangan hisab dan rukyah itu sendiri dan harus transparan dan lebih profesional,” jelasnya. (AHM)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini