spot_img
Jumat, Maret 29, 2024
spot_img

Pemerintah Klaim Pertumbuhan Ekonomi akan 5,1 Persen, Masih Ingat Rizal Ramli Sebut Cuma Dua Persen?

KNews.id- Pemerintah mengklaim bahwa pandemi covid-19 di Indonesia semakin hari makin terkendali. Selain itu, kondisi perekonomian juga diprediksi mengalami perubahan ke rah positif.

“Dari sisi ekonomi juga menunjukkan tanda-tandapemulihan, terlihat dari PMI manufaktur yang sudah ekspansif atau 50,9. Investasi 2020 yang lebih tinggi dari sebelunya. Selain itu, propos pengeluaran masyarakat terhadap simpanan terus meningkat, IHSG dan nilai tukar sudah kembali,” ujar Menko Ekonomi Airlangga Hartarto, hari ini di Jakarta.

- Advertisement -

Airlangga menjelaskan, bahwa beberapa lembaga internasional juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini bisa mencapai 4,4-5,1% dan pada 2022 bisa mencapai 4,8-6%.

Hal ini jelasnya, karena sejalan dengan target pemerintah yang menetapkan pertumbuhan ekonomi di kisaran 4,5-5,3% yang akan didukung oleh vaksinasi massal, Undang-Undang Cipta Kerja dan pengendalian covid-19 dengan PPKM Makro.

- Advertisement -

“Pemerintah terus berupaya memitigasi dampak pandemi untuk menjaga momentum kesehatan dan ekonomi. Khususnya meningkatkan kepercayaan masyarakat melakukan invesatsi dan konsumsi dengan berbagai strategi,” ungkapnya.

Rizal Ramli Soal Pertumbuhan Ekonomi Cuma Dua Persen

- Advertisement -

Sebelumnya, ekonom senior Rizal Ramli memperkirakan bahwa ekonomi Indonesia tahun ini atau 2021 hanya bisa tumbuh sekitar 2 persen. Dimana angka ini menurutnya lebih rendah dari pertumbuhan ekjonomi yang ditargetkan pemerintah sebesar 4,5 persen sampai dengan 5,5 persen.

“ada harapan ekonomi bisa tumbuh 2 persenan tahun 2021,” jelasnya dalam keterangan resminya, Senin (15.2) lalu di Jakarta.

Mantan anggota tim panel penasihat ekonomi PBB ini menjelaskan, bahwa sangat sulit diharapkan adanya kenaikan pertumbuhan ekonomi pada tahun ini. Terlebih, sebelum ada pandemi covid-19, rata-rata pertumbuhan ekonomi domestik hanya 5,1 persen saja.

“Tidak semudah angin sorga yang diucapkan ‘Menkeu Terbalik’ bahwa ekonomi Indonesia akan melesat 5,5 persen di tahun 2021,” sebut Rizal.

Ia juga menambahkan, ada beberapa indikator yang menyebabkan ekonomi RI tahun ini berkisar 2 persen, yakni masalah penanganan covid-19 yang menurutnya, seharusnya vaksin bisa mengurangi risiko dan kematian akibat pandemi

“Dengan tingkat vaksinasi yang rendah dan lambat itu, walaupun dibantu dengan mikro-lockdown, sulit diharapkan ekonomi akan cepat membaik di tahun 2021,” jelasnya.

Adapun selaim itu menurutnya, pertumbuhan kredit sangat rendah, bahkan negatif 1,39 persen pada November 2020 juga menjadi pemicu. Pertumbuhan ini menjadi terendah sejak krisis ekonomi 1998, karena likwiditas di masyarakat dan lembaga keuangan tersedot setiap kali pemerintah menerbitkan Surat utang Negara (SUN).

“Apa yang disebut sebagai “crowding-out”. Jadi boro-boro nambah, likwiditas di masyarakat “disedot” itulah yang menyebabkan daya beli rakyat semakin merosot,” tegas mantan Menko Ekuin era Gusdur ini.

Selain itu ada pula di bidang fiskal, keseimbangan primer negatifnya semakin besar. Rizal menjelaskan, bahwa hanya untuk bisa membayar bunga utang, harus meminjam lebih besar lagi dengan bunga lebih tinggi dari negara-negara yag ratingnya lebih rendah dari RI. Atau sama dengan menggali lobang, menutup lobang.

“Menunjukkan bahwa pengelolaan fiskal amburadul dan ugal-ugalan alaupun dengan muka tebal tetap bela diri bahwa ‘pengelolaan fiskal hati-hati (prudent),” tutupnya. (Ade/bcra)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini