KNews.id – Ada kabar baik untuk Presiden Jokowi dan para menterinya. Hal ini terkait dengan rilis Asian Development Bank (ADB) pada Rabu (20/9/2023) lalu tentang proyeksi ekonomi di Tanah Air.
ADB memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5% pada 2023 dan tahun 2024 mendatang. Outlook September ini merevisi laporan pada April sebelumnya yang meramal ekonomi Indonesia tumbuh lebih rendah yakni tumbuh 4,8% pada 2023. Kendati demikian, tahun 2024 pertumbuhan ekonomi di ramal masih tak berubah yakni 5%.
Inflasi yang rendah serta kencangnya konsumsi rumah tangga menjadi alasan ADB merevisi ke atas pertumbuhan ekonomi Indonesia. ADB juga melihat sektor jasa dan pariwisata Indonesia sudah berjalan mendekati era pra-pandemi.
Proyeksi pertumbuhan yang lebih baik pada tahun ini tentu saja menjadi kabar gembira buat Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menargetkan pertumbuhan di atas 5% pada tahun ini.
Sebagai catatan, ekonomi Indonesia tumbuh 5,17% pada kuartal II-2023. Pertumbuhan tersebut adalah yang tertinggi sejak kuartal III-2022 atau tiga kuartal terakhir.
ADB memperkirakan inflasi Indonesia akan mencapai 3,8% pada 2023, lebih rendah dibandingkan proyeksi pada April yakni 4,5%. Proyeksi inflasi tahun depan direvisi menjadi 3,6% dari 4,2% pada proyeksi sebelumnya.
“Kebijakan fiskal dan moneter sudah tepat untuk mendukung siklus pertumbuhan. Sektor keuangan juga stabil dan risiko eksternal terkendali,” tulis ADB dalam laporannya Asian Development Outlook (ADO) September 2023.
ADB menjelaskan transaksi berjalan Indonesia memang menipis tetapi cadangan devisa dan nilai tukar diproyeksi akan tetap stabil.
“Pertumbuhan konsumsi dalam mendorong pertumbuhan ternyata lebih besar dibandingkan yang kami perkirakan sebelumnya. Hari libur keagamaan dan bonus pekerja menggenjot pertumbuhan,” tambah ADB.
Kendati merevisi ke atas, ADB mengingatkan Indonesia menghadapi risiko dari melemahnya ekonomi China. Ketergantungan Indonesia yang besar terhadap ekonomi China membuat Indonesia rawan dengan pelemahan ekonomi.
“Permintaan komoditas yang melemah maka ekspor akan berkurang. Pelemahan manufaktur juga akan menekan pertumbuhan ekonomi pada tahun ini dan 2024,” tutur ADB.
ADB Revisi Pertumbuhan Kawasan
Perekonomian berkembang di kawasan ini diperkirakan tumbuh sebesar 4,7% tahun ini, sedikit revisi turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 4,8%, menurut Asian Development Outlook (ADO) September 2023. Sementara itu, perkiraan pertumbuhan tahun depan dipertahankan pada 4,8%.
Pertumbuhan di kawasan ini cukup baik pada paruh pertama tahun ini, didorong oleh permintaan domestik yang sehat dan pembukaan kembali China, bahkan ketika prospek global yang lebih lemah mengurangi permintaan ekspor.
Namun, pariwisata yang membaik, sektor jasa yang tangguh, transfer uang yang sehat ke kawasan ini, serta membaiknya kondisi keuangan semuanya membantu mendukung kegiatan ekonomi, dan inflasi sedang surut di sebagian besar negara setelah mencapai puncaknya tahun lalu.
Di sisi lain, kelemahan di sektor properti China tak bisa dibohongi dan masih akan membebani prospek regional. Suku bunga global yang tinggi telah meningkatkan risiko ketidakstabilan keuangan.
Gangguan pasokan secara sporadis akibat berlanjutnya invasi Rusia ke Ukraina, pembatasan ekspor, dan peningkatan risiko kekeringan dan banjir yang disebabkan oleh El Nino sekali lagi dapat memicu kenaikan harga pangan dan menantang ketahanan pangan.
Inflasi di negara-negara berkembang di Asia-Pasifik diperkirakan sebesar 3,6% tahun ini, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 4,2%. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh rendahnya inflasi di China, serta stabilnya harga pangan dan energi. Perkiraan inflasi tahun depan adalah 3,5%.
Di antara sub-kawasan berkembang di Asia, perkiraan pertumbuhan Asia Tenggara turun menjadi 4,6% tahun ini dari proyeksi sebelumnya sebesar 4,7%, karena melemahnya permintaan ekspor. Perkiraan untuk Asia Selatan juga diturunkan sebesar 0,1 poin persentase menjadi 5,4% meskipun subkawasan ini masih menjadi subkawasan dengan pertumbuhan tercepat, berkat investasi dan konsumsi yang kuat.
Prospek untuk Asia Timur dipangkas menjadi 4,4% dari 4,6%, dan China kini diperkirakan tumbuh sebesar 4,9% tahun ini, dari 5,0% pada bulan April. Perkiraan pertumbuhan telah ditingkatkan untuk Asia Tengah dan Pasifik.
Proyeksi ADB untuk Asia Tenggara
Pertumbuhan di Asia Tenggara sedikit direvisi turun menjadi 4,6% pada tahun 2023 dan 4,8% pada tahun 2024 karena melemahnya permintaan global terhadap produk-produk sub-kawasan ekspor manufaktur.
Menurunnya harga energi dan melemahnya permintaan akan terus mengurangi tekanan harga Asia Tenggara. Inflasi di sub-kawasan tahun 2023 diperkirakan masih melambat dari tahun lalu sebesar 5,1%. harga energi yang lebih rendah.
Meskipun inflasi melambat di paruh pertama tahun ini, harga pangan diperkirakan tidak akan terjadi untuk terus moderat di babak kedua karena tekanan ke atas pada harga beras mengikuti India pembatasan ekspor pada bulan Juli dan perkiraan El Nino dampaknya terhadap panen yang akan datang di subkawasan tersebut. Inti inflasi telah mencapai puncaknya dan diperkirakan akan meningkat secara bertahap.
Perkiraan inflasi umum di sub-kawasan direvisi turun menjadi 4,2% dari 4,4% di bulan April dan dipertahankan pada 3,3% pada tahun 2024, dengan inflasi umum bergerak menuju rata-rata sebelum pandemi sebesar 2,5%.
Revisi ke bawah yang paling tajam di sub-kawasan adalah untuk Vietnam, dengan perkiraan inflasi sebesar 3,8%. tahun ini dari perkiraan 4,5% di bulan April, dan Indonesia, sebesar 3,6% dari 4,2% di bulan April.
“Permintaan komoditas yang melemah maka ekspor akan berkurang. Pelemahan manufaktur juga akan menekan pertumbuhan ekonomi pada tahun ini dan 2024,” tulis ADB dalam laporannya Asian Development Outlook (ADO) September 2023. (Zs/CNBC)
Discussion about this post